Menangkap Peluang di Bisnis Kursus Renang Anak
Tak perlu menunggu hingga anak masuk sekolah untuk mengenalkannya pada olahraga renang.
Editor: Hendra Gunawan
Itulah yang dilakukan Riandi ketika merintis Anak Air. Ia menggunakan kolam renang berukuran 80 m2 milik orangtuanya. Selanjutnya, saat membuka cabang di Pondok Indah, ia bekerjasama dengan investor yang punya kolam renang di rumahnya. Cabang terakhir di Cibubur, kata Riandi, sebenarnya merupakan kolam renang di tengah komplek. “Tadinya kolam renang umum, tapi karena warga komplek yang minta, pada hari biasa, kolam digunakan untuk Anak Air, baru pada akhir pekan dibuka untuk umum,” jelas Riandi.
Kriteria kolam renang ini meliputi luas sekitar 80 m2–100 m2, kedalaman 1,3 m sampai 1,8 m dan bisa diisi dengan air hangat. Selain itu, Riandi bilang, lokasi kolam dekat perumahan dan sekolah untuk memudahkan menjaring konsumen.
Kolam kemudian direnovasi dan didekorasi sesuai dengan ambience yang diinginkan. Pemilik juga perlu menyiapkan perlengkapan renang, seperti pelampung tangan atau ban. Persiapan ini bisa memakan waktu hingga tiga bulan.
Persiapan lain yang tak kalah penting ialah instruktur atau pengajar renang. Pada tiap outlet Anak Air, Riandi memperkerjakan 12 instruktur. Semuanya bekerja paruh waktu karena rata-rata merupakan mahasiswa atau atlet renang. Sebelum mulai mengajar, instruktur diberi pelatihan selama dua minggu. “Keterampilan mereka pasti sudah miliki, tapi harus punya pemahaman mengajarkan renang pada anak,” sebutnya.
Selain instruktur, Riandi juga merekrut tujuh karyawan lainnya sebagai tenaga administrasi, keamanan, dan kebersihan. Jumlah ini bisa disesuaikan kebutuhan.
Bila kolam dan instruktur sudah siap, barulah mulai gencar memasarkan. Riandi menuturkan, selama ini Anak Air berpromosi lewat sekolah-sekolah. “Itu yang paling efektif untuk mendatangkan murid. Selanjutnya, dari mulut ke mulut saja,” tuturnya.
Siap menjajal usaha kursus renang anak ini?. (Marantina)