Peluang Usaha: Tato Boleh Sementara, Keuntungan Jalan Terus
Proses pembuatan tato temporer benar-benar tak boleh terkena debu alias dust-free
Editor: Hendra Gunawan
Demikian juga dengan Felicia yang mengatakan, penjualan online tak bisa diandalkan. Sebab, perempuan kelahiran Pontianak, 13 September 1991 ini bilang, pembeli ingin melihat secara langsung ukuran tato. Lantaran dengan melihat gambar saja, mereka tak bisa memperkirakan ukuran tato ketika ditempel di badan. “Selain itu, dengan membeli di outlet, konsumen bisa tanya dan konsultasi dengan pegawai kami,” ucap Felicia.
Merambah stiker kuku
Meskipun belum sampai dua tahun, bisnis tato temporer berkembang pesat. Agar bisnis tak melempem, para pemain mengembangkan produknya. Rata-rata pemain di bisnis ini merambah ke produk lain, yaitu stiker kuku.
Hanya, pengguna stiker kuku terbatas hanya pada perempuan dewasa. Namun, potensi bisnisnya juga menjanjikan. Pasalnya, biaya untuk perawatan dan cat kuku di salon tak murah. “Supaya lebih mudah dan murah, ada alternatifnya,” kata Felicia.
Tiap lembarnya berisi 14 stiker kuku. Felicia bilang, karena ukuran jari orang berbeda-beda, ia memberikan stiker cadangan sehingga semua kuku bisa ditempeli stiker. Sebelum memesan stiker kuku, Felicia bilang, ia menetapkan ukuran kuku sendiri karena ukuran kuku orang Indonesia berbeda dengan ukuran kuku lainnya.
Di Thattoo, Felicia menjual stiker kuku dengan harga Rp 25.000 per lembar. Dibandingkan dengan penjualan tato temporer, stiker kuku memang belum bisa mengimbangi. “Porsinya baru 20% dari keseluruhan penjualan,” sebutnya.
Demikian juga penuturan Indah. Dari keseluruhan omzet Lolitatto, stiker kuku memberi kontribusi sebesar 20%. Ia menjual stiker kuku dengan harga Rp 30.000 per lembar. Indah menggunakan bahan gel untuk stiker kuku Lolitatto. “Stiker kuku dari gel bisa tahan lebih lama dibandingkan bahan lain seperti tinta,” kata dia.
Baik Indah maupun Felicia mengaku belum berencana untuk memproduksi tato temporer. Menurut mereka, investasi yang harus dikeluarkan terlalu besar untuk membangun pabrik. “Kalau mau bangun pabrik, saya harus pastikan dulu kapasitas penjualan saya mencukupi,” tambah Indah. (Marantina)