Mulai Jadikan Saham sebagai Kebutuhan Hidup
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendorong masyarakat untuk menjadi investor melalui kepemilikan saham
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendorong masyarakat untuk menjadi investor melalui kepemilikan saham, agar dapat menikmati hasil pertumbuhan pasar modal.
Salah satu jurus yang digunakan BEI agar hal tersebut terealisasi yaitu dengan meluncurkan program "Yuk Nabung Saham" pada 12 November 2015.
Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan mengatakan, program Yuk Nabung Saham sama halnya seperti menabung uang di bank, namun yang membedakannya yaitu uang penabung dikonversikan menjadi saham atau dibelikan saham.
Pemilihan saham yang beli, kata Nicky, dapat ditentukan oleh penabung ataupun dari pihak sekuritasnya, namun semua itu atas persetujuan penabung.
"Jadi untuk ikut program ini, masyarakat tinggal datang ke sekuritas dan mendaftarkan diri. Modal awalnya pun terjangkau, sudah banyak sekuritas membolehkan Rp 100 ribu sampai Rp 500 ribu," tutur Nicky beberapa waktu lalu.
Melalui Yuk Nabung Saham, kata Nicky, masyarakat dapat berinvestasi di pasar modal dengan membeli saham secara rutin dan berkala, yang akhirnya dapat memperoleh imbal hasil dari pasar modal, baik harga saham naik ataupun dari dividen.
Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan, Yuk Nabung Saham diharapkan mengubah pola pikir masyarakat terhadap pasar modal agar tidak ada lagi pemikiran bahwa membeli saham itu harus memiliki uang jutaan rupiah.
Menurut William, program tersebut juga dapat meningkatkan porsi jumlah investor lokal yang saat ini masih didominasi oleh asing. Kondisi ini pastinya membuat pasar modal mudah tergunjang ketika asing melakukan aksi jual saham.
"Kalau investor lokal kuat dan yakin ekonomi Indonesia baik, maka asing pun tertarik untuk tetap investasi di pasar modal kita. Yuk Nabung Saham juga mengingatkan kalau investasi itu penting," ucap William kemarin.
Analis LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo menuturkan, program tersebut sebaiknya disertai dengan program pendidikan dan sosialisasi yang optimal kepada seluruh lapisan masyarakat untuk memahami dengan baik antara kebutuhan membeli saham dengan keinginan membeli saham.
"Saham itu kebutuhan untuk, di Singapura itu sopir taksi dan sopir truk membeli saham karena memandang saham itu ya kebutuhan, bukan lagi keinginan, karena saham itu kan investasi," ujar Lucky.
Agar program tersebut menyentuh seluruh masyarakat, maka BEI diharapkan membuat peraturan agar pembukaan rekening efek dapat terjangkau tanpa syarat, baik itu mahasiswa ataupun pekerja.
"Sekarang sudah ada yang terjangkau, tapi tidak semua sekuritas. Ada juga masih memberlakukan modal awal minimal Rp 5 Juta atau Rp 10 juta," ucap Lucky.
Data OJK per 2013 menunjukkan tingkat pemahaman (literasi) masyarakat Indonesia terhadap pasar modal dan tingkat utilitas produk pasar modal masih sangat rendah serta yang terkecil dibandingkan dengan lima industri jasa keuangan lainnya di Indonesia.