Dyandra Incar Rp 1,01 Triliun Andalkan Bisnis EO
Target tersebut termasuk agresif dibandingkan dengan target pendapatan tahun 2015 yakni sebesar Rp 1,01 triliun
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Dyandra Media International Tbk menargetkan pendapatan Rp 1,7 triliun sepanjang tahun ini.
Target tersebut termasuk agresif dibandingkan dengan target pendapatan tahun 2015 yakni sebesar Rp 1,01 triliun.
Dyandra Media yang tak lain adalah sister company Harian KONTAN di bawah kelompok Kompas Gramedia yakin, lini bisnis event organizer (EO) alias penyelenggara acara bakal kembali menjadi tulang punggung.
Target Dyandra Media, bisnis EO bisa berkontribusi Rp sebanyak 703,49 miliar pada tahun ini.
Jika disandingkan dengan target total pendapatan Rp 1,7 triliun, target bisnis EO tersebut setara dengan porsi 41,38%.
Dyandra Media akan mengejar target lewat bidang bisnis EO anyar yakni pameran kuliner dan e-commerce.
Bisnis itu mereka lakoni lewat anak perusahaan bernama PT Dyandra Promosindo.
Selebihnya, Dyandra Media berharap pada dua lini bisnis lain. Pertama, bisnis konvensi dan eksibisi.
Perusahaan itu menargetkan pendapatan Rp 150,06 miliar. "Sekarang ini konvensi kami di Bali sudah banyak yang booking," ujar Daswar Marpaung, Sekretaris Perusahaan PT Dyandra Media International Tbk kepada KONTAN, Kamis (6/1).
Melalui PT Nusa Dua Indonesia Venue and Hall Business, Dyandra Media mengelola area konvensi seluas 2.000 meter persegi (m²) di Nusa Dua, Bali.
Area tersebut berada di lokasi yang sama dengan Bali Nusa Dua Hotel.
Kedua, bisnis pendukung acara. Target kontribusi pendapatan dari bisnis ini sebesar Rp 138 miliar.
Lingkup bisnis pendukung acara meliputi kontraktor pameran, penyediaan lighting dan rigging. Dyandra Media melaju melalui anak perusahaan bernama PT Dyamall Graha Utama.
Menjual aset
Sementara untuk satu lini bisnis lagi yakni perhotelan, Dyandra Media nampaknya tak berharap banyak.
Perusahaan berkode DYAN di Bursa Efek Indonesia tersebut menargetkan pendapatan terkecil dibandingkan dengan tiga lini bisnis lain, yakni sebanyak Rp 77,6 miliar.
Dyandra Media memastikan tak akan menambah hotel tahun ini. Pertimbangan mereka ingin memperbaiki ekuitas.
Sementara pembangunan hotel baru justru akan membikin utang membengkak.
Alih-alih menambah hotel, Dyandra Media malah berencana menjual delapan aset di bisnis ini, yakni empat hotel dan empat tanah.
Alasan penjualan empat hotel yakni tingkat okupansi yang tak kunjung memuaskan.
Menurut Dyandra Media, kinerja hotel yang tak bagus justru akan mempengaruhi kinerja mereka secara keseluruhan.
"Kalau EO bagus tapi hotelnya rendah kan secara buku enggak bagus, ini mempengaruhi keseluruhan," beber Daswar.
Dyandra Media akan merealisasikan penjualan aset secara bertahap. Pada semester I tahun ini, mereka akan menjual dua hotel dan dua tanah.
Dua hotel tersebut yaitu Santika di Kelapa Gading, Jakarta dan Santika di Pekalongan, Jawa Tengah.
Sementara tanah yang akan mereka jual adalah aset di Jalan T. B. Simatupang, Jakarta Selatan. Dua aset tanah tersebut masing-masing milik Hotel Santika dan Hotel Amaris.
Lantas, pada semester II-2016, Dyandra Media akan menjual dua hotel Amaris yang terletak di Pekanbaru, Riau dan Bali.
Sementara tanah yang akan mereka jual adalah aset tanah milik Hotel Santika Benoa dan Hotel Santika Pratama.
Sejauh ini, proses penjualan aset sudah mulai memasuki tahap penjajakan. Hanya, manajemen Dyandra Media masih merahasiakan calon pembeli serta potensi pendapatan atas penjualan aset-aset tersebut di tahun ini. (RR Putri Werdiningsih)