Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Minyak Turun, Ini Emiten yang Tertekan dan Diuntungkan

Harga minyak dunia terus mengalami tekanan hingga menyentuh level di bawah 30 dolar AS per barel.

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
zoom-in Harga Minyak Turun, Ini Emiten yang Tertekan dan Diuntungkan
http://www.btmagazine.nl

 
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga minyak dunia terus mengalami tekanan hingga menyentuh level di bawah 30 dolar AS per barel.

Kondisi ini tentunya menjadi pemberat kinerja emiten yang bergerak di sektor energi dan pertambangan dalam mendulang keuntungan.

Analis PT Erdhika Elit Sekuritas Wilson Sofan mengatakan, melemahnya harga minyak dunia pastinya membuat harga bahan bakar minyak seperti solar turun, alhasil industri yang biasanya menggunakan bahan bakar batubara untuk produksi maka beralih ke solar.

"Kemudian yang menggunakan gas juga beralih ke solar, karena infrastruktur gas di Indonesia juga belum memadai," ujar Wilson, Jakarta, Jumat (22/1/2016).

Menurut Wilson, emiten yang hanya mengandalkan keuntungannya dari penjualan gas dan hasil tambangnya maka diperlukan strategi yang tepat agar tidak semakin tertekan kinerjanya.

Misalnya, jika emiten yang banyak memiliki cadangan minyak serta gas maka perlu mengerem produksinya hingga harganya mulai merangkak naik, kemudian yang memproduksi batubara diharapkan menghasilkan berkalori tinggi agar dapat diekspor.

Sementara emiten yang diuntungkan dari pelemahan harga minyak, Wilson mengatakan, yaitu emiten yang bergerak di sektor penerbangan, konsumer, dan logistik.

Berita Rekomendasi

"Garuda itu diuntungkan karena harga avtur turun, kemudian Unilever karena bahan bakunya turun," ucapnya.

Emiten tambang minyak dan gas ‎PT Sugih Energy Tbk (SUGI) menyikapi pelemahan harga minyak dunia dengan lebih fokus memproduksi gas yang memiliki harga jual lebih dibandingkan minyak.

Direktur Utama Sugih Energy Tbk Riyanto Soewarno mengatakan, ‎perseroan memiliki blok minyak yang sudah produksi di provinsi Riau yaitu Selat Panjang PSC dan provisi Jambi yakni Lemang PSC, kemudian yang sedang dieksplorasi di Kalyani PSC, Jambi.

"Kami tidak men-stop produksi, tapi sekarang strategi kita sambil menunggu harga minyak membaik kita memproduksi gas," ujar Riyanto.

‎Riyanto menjelaskan, untuk produksi minyak diperlukan ongkos produksi 25 dolar AS per barel‎ yang dikeluarkan perseroan, namun untuk biaya produksi gas jauh di bawah 20 dolar AS per MMBTU.


Tercatat lokasi cadangan gas milik perseroan berada ‎di Selat Panjang sebanyak 188 miliar kaki kubik (billion cubic feel/bcf) dan Lemang sebanyak 411 bcf.

Sedangkan cadangan minyak perseroan di Selat Panjang untuk lapangan 2P Shiapas sebanyak 7,2 juta barel per hari, 2P Pematang 69 juta barel perhari dan di ‎Lemang mencapai 511 juta barel per hari.

"Saya punya keyakinan ada satu titik balik, apakah kita akan membiarkan harga minyak di bawah 30 dolar AS per barel, mungkin tidak. Justru saya sekarang berpikir bagaimana kalau besok harga minyak naik," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas