PP Pengupahan Bikin Nasib Buruh Kian Terpuruk
Tren ini memicu terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal terhadap para pekerjanya.
Penulis: Ade Mayasanto
Editor: Hendra Gunawan
"Kalau upah terjaga daya beli terjaga. Daya beli itu letaknya orang yang menerima upah dulu," kata Ismail.
Ismail berharap pemerintah bisa mengubah PP 78 tahun 2015 mengenai penghitungan kenaikan upah melalui inflasi nasional.
Ini karena laju inflasi di daerah berbeda-beda, sehingga harga barang pun tidak sama antara satu wilayah dengan yang lain.
"Di Pemkot Bekasi dan Kabupaten Bekasi beda laju inflasinya. Upahnya juga beda," papar Ismail.
Menghadapi kenaikan upah yang kecil, Ismail mengaku kesal pada sikap pemerintah. Dengan dua orang anak, Ismail mengaku amat berat menhgatur pengeluaran karena upah yang kecil.
"Banyak kebijakan salah asuh, dari kemarin yang dikeluarin paket kebijakan ekonomi. Itu membuat kami melawan. Kami disuruh ngirit, kami sudah lapar," tegas Ismail.
Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) meramalkan bakal terjadi banyak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor otomotif. Para pegawai yang dipecat adalah pekerja yang tidak diperpanjang kontraknya.
"Industri pendukung untuk Honda dan Yamaha sekarang banyak karyawan kontrak yang tidak diperpanjang masa kerjanya," ujar Ketua KSPI Said Iqbal.
Menurut Said PHK yang terjadi di sektor otomotif khususnya sepeda motor karena produknya banyak yang tidak laku. Hal ini diakibatkan oleh melemahnya daya beli masyarakat saat ini.
"Potensi PHK akan terjadi di industri komponen otomotif dan sepeda motor. Penjualan sepeda motor contohnya, makin menurun," papar Said.
Said menjelaskan ditahun-tahun sebelumnya jika kontrak karyawan habis, akan diperpanjang lagi.
Tetapi saat ini Said mengatakan ketika pekerja sepeda motor, pekerja komponen, pekerja elektronik kontraknya sudah habis, dia tidak diperpanjang. "Itu potensi PHK, jumlahnya bisa sampai puluhan ribu," ungkap Said.
Selain sektor industri otomotif, ternyata sektor migas saat ini juga terancam terjadi PHK besar-besaran. Alasan utamanya bukan karena daya beli masyarakat menurun, melainkan harga minyak dunia anjlok saat ini.
"Chevron akan memecat karyawannya, jadi ada gelombang PHK jilid II sudah terjadi," ujar Said.