Pemerintah Ingin Makin Banyak BUMN Melantai di Bursa Saham
Pemerintah terus mendorong perusahaan BUMN makin banyak menawarkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus mendorong perusahaan BUMN makin banyak menawarkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia.
Alasannya, BUMN yang melantai di bursa saham, lebih transparan dan BUMN dapat memperoleh sumber dana baru tanpa harus mengandalkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
"Jelas banyak keuntungan, seperti salah satunya perusahaan lebih transparan," kata Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro, di Jakarta, Senin (15/2/2016).
Bursa Efek Indonesia juga mendorong makin banyak perusahaan yang melantai di bursa saham, termasuk BUMN. Karena banyak manfaat yang didapat. Dengan IPO, perusahaan BUMN mampu memperoleh sumber pendanaan baru. Dana ini bisa digunakan untuk pengembangan, baik untuk penambahan modal kerja maupun untuk ekspansi usaha. Dengan menjadi perusahaan publik, kendala pendanaan tersebut akan lebih mudah diselesaikan.
Perolehan dana didapatkan adanya penjualan saham kepada publik. Bahkan IPO bisa mempermudah akses perusahaan untuk masuk ke pasar uang melalui penerbitan surat utang baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Manfaat lain dari melantai di bursa, dapat meningkatkan kepercayaan untuk akses pinjaman. Dengan melantai di pasar saham, kalangan perbankan dapat lebih mengenal dan percaya kepada perusahaan. Setiap saat perbankan bisa mengetahui kondisi keuangan perusahaan melalui berbagai keterbukaan informasi yang diumumkan perusahaan melalui bursa.
Dengan menjadi perusahaan terbuka, perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan kinerjanya, kualitas pelayanan, sistem pelaporan, serta menerapkan praktik tata kelola yang baik. Alhasil, seluruh manajemen perusahaan akan lebih profesional dan berkualitas.
Sehingga dapat dipastikan, perusahaan yang go public nilai perusahaannya akan semakin meningkat. Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di bursa, setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan.
Apalagi, khusus perusahaan BUMN, bila melantai di bursa, sahamnya dipastikan akan menjadi incaran para investor. Seperti diungkapkan Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya.
"Faktor likuiditas menjadi salah satu pertimbangan investor untuk memilih saham di pasar modal. Saham-saham BUMN memiliki rata-rata likuiditas tinggi sehingga ini juga membuat saham-saham BUMN banyak masuk di indeks saham LQ45," ungkap William.
Dari data saham-saham yang masuk penghitungan indeks LQ45 periode Februari-Juli 2016, ada sekitar 12 saham BUMN dari 45 saham yang masuk daftar indeks saham LQ45. Indeks saham LQ45 ini merupakan saham-saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Saham-saham itu antara lain PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR).
Lalu ada saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Semen Indonesia Tbk (PTBA), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).
Sementara itu, Kepala Riset PT Universal Broker Securities Satrio Utomo mengatakan investor juga memilih saham berdasarkan pembagian dividen. Perusahaan BUMN merupakan salah satu emiten yang rutin membagikan dividen. Ditambah jumlah pembagian dividennya juga tak kecil.
"Investor juga melihat pembagian dividen. Siapa yang bagikan dividen secara rutin maka dia akan suka. Sebagian besar dari emiten di Indonesia pembagian dividennya oke termasuk BUMN. Akan tetapi memang pembagian dividennya tak semua sama," kata Satrio.