Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Aptindo Minta Kejelasan Pelonjakan Impor Gandum

Kaget karena dalam pemberitaan tersebut disimpulkan yang melonjak drastis adalah impor gandum untuk konsumsi terigu

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Aptindo Minta Kejelasan Pelonjakan Impor Gandum
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Tepung terigu ninja buatan PT Sriboga Flour Mill, Indonesia. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) kaget dengan pemberitaan di media beberapa hari lalu terkait pengumuman Badan Pusat Statisik (BPS) tentang kenaikan impor gandum pada Januari 2016 dibanding Januari 2015 (yoy) yang melonjak tajam sebesar 86,35%.

Kaget karena dalam pemberitaan tersebut disimpulkan yang melonjak drastis adalah impor gandum untuk konsumsi terigu untuk makanan dan minuman. Demikian ditegaskan Ketua Aptindo Franciscus Welirang dalam siaran pers Jumat (19/2/2016) di Jakarta.

“Makanya perlu diluruskan dan diperjelas oleh BPS, penyebab melonjaknya impor gandum Januari 2016 dibanding Januari 2015. Berdasarkan data Aptindo, kenaikan konsumsi terigu nasional pada Januari 2016 dibanding Januari 2015 hanya sebesar 3,8 % atau sekitar 475.500 metrik ton (MT)," kata Franciscus dalam rilisnya.

Menurutnya, mustahil kenaikan impor gandum tersebut untuk konsumsi terigu atau makanan berupa roti dan mi serta makanan lainnya berbasis tepung terigu.

Sebagai informasi tambahan, impor gandum nasional dari tahun 2014 ke 2015 justru menurun -0,3%. Penurunan yang sama juga terjadi pada konsumsi terigu nasional dari 2014 ke 2015 yakni -2,2%.

Karena itu, lanjut Franky Welirang, berdasarkan data Aptindo, peningkatan impor gandum tersebut adalah untuk kebutuhan industri pakan ternak.

Kesimpulan ini diperkuat dengan informasi dari beberapa anggota di bawah naungan Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), bahwa lonjakan impor gandum yang dimaksud oleh BPS sebenarnya adalah dampak dari dibatasinya keran impor jagung oleh Pemerintah.

Berita Rekomendasi

“Akibatnya harga jagung semakin mahal dan langka,, sehingga industri pakan ternak beralih ke bahan baku yang lebih murah dalam hal ini gandum. Inilah yang perlu diluruskan dan diperjelas oleh BPS, agar jangan sampai menyesatkan sehingga muncul imbauan dalam pemberitaan yang lalu agar mengurangi konsumsi mie, roti, dan bahan makanan lainnya berbasis terigu,” ucap Ketua Aptindo.

Franky menambahkan, dari data Aptindo, sebagai contoh pada periode Oktober, November dan Desember 2015, ada kenaikan impor gandum oleh industri pakan ternak masing-masing sebesar 616.8%, 659.1%, dan 84,8%.

Sementara itu, impor gandum oleh industri pakan ternak dari 2014-2015, mengalami kenaikan sebesar 3.080,9% (yoy). (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas