Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Saran Analis, Saatnya Anda Melirik Investasi di Obligasi

Saat ini emiten masih menunggu sikap bank menurunkan bunga kreditnya, sementara, pasar obligasi mulai menarik pasca turunnya BI rate.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Saran Analis, Saatnya Anda Melirik Investasi di Obligasi
KONTAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Bank Indonesia dalam dua bulan telah menurunkan suku bunga acuannya (BI rate) hingga 50 basis poin ke level 7%. Emiten semakin banyak memiliki pilihan untuk pendanaan ekspansi mereka.

Saat ini emiten masih menunggu sikap bank menurunkan bunga kreditnya, sementara, pasar obligasi mulai menarik pasca turunnya BI rate.

Norico Gaman, Kepala riset BNI Securities, mengungkapkan pasar obligasi seharusnya dilirik oleh investor maupun emiten. "Bi rate turun akan menurunkan bunga deposito dan kupon obligasi," ungkapnya, Selasa (23/2/2016).

Biasanya, setelah BI rate turun, bunga yang terlebih dahulu turun adalah bunga deposito bank. Ini akan menurunkan pendapatan investor atau nasabah besar yang melakukan investasi dengan cara menyimpan deposito.

Otomatis, mereka akan mencari alternatif investasi lain yang relatif aman dan memberikan keuntungan lebih besar.

Sedangkan, di sisi emiten, turunnya BI rate akan membuat kupon obligasi di pasar obligasi juga ikut turun. "Emiten pasti akan mencari pendanaan kembali dengan bunga lebih rendah. Sehingga beban utang akan turun, cost of fund korporasi ikut turun dan memperkuat perolehan laba bersih perusahaan," jelasnya.

Sebenarnya selain melalui penerbitan obligasi, emiten dapat melakukan refinancing dengan melakukan pinjaman ke bank. Bunga kreditnya akan ikut turun.

Berita Rekomendasi

David Sutyanto, Kepala riset First Asia Caiptal mengatakan pinjaman bank juga akan dilirik oleh emiten. "Pendanaan dari peminjaman bank akan lebih menarik, bunga pinjaman perbankan akan lebih murah," ungkapnya.

Sayangnya perbankan biasanya akan melakukan transalasi atau penyesuaian bunga kreditnya terhadap bi rate memakan waktu sekitar 3 bulan. Jadi dalam jangka pendek akan sulit mengubah skema pendanaan emiten.

Kondisi ini ditambah lagi selisih bunga antara kredit dan obligasi juga cukup tinggi. "Selisihnya bisa sampai 3-4%, suku bunga kredit rata-rata dua digit 11%-14%, tergantung debitornya. Sedangkan obligasi umumnya di rentan 8%-9,5%, Semakin bagus ratingnya semakin rendah kuponnya," papar Norico.

Inilah yang membuat pasar obligasi menjadi menarik, walaupun biaya pelaksanaannya tinggi. Investor deposito akan masuk pasar obligasi karena bunga deposito yang lebih rendah dari bunga kupon obligasi.

Sedangkan, emiten juga akan lebih memilih menerbitkan obligasi untuk melakukan refinancing karena dapat meringankan beban utangnya secara bersamaan.

Reporter Rinaldi Mohamad Azka

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas