Kalah Bersaing dengan Ritel Modern, Pasar Tradisional Akan Direvitalisasi Bertahap
pasar tradisional masih berkutat dengan permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang profesional dan ketidaknyamanan berbelanja.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil studi AC Nielsen menyebutkan, pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4 persen per tahun. Sedangkan pasar tradisional tumbuh minus 8 persen per tahun.
Jika kondisi tersebut dibiarkan, ribuan bahkan jutaan pedagang kecil akan kehilangan mata pencahariannya.
"Pasar tradisional mungkin akan tenggelam", ungkap Deputi Produksi dan Pemasaran I Wayan Dipta Kementerian Koperasi dan UKM kepada wartawan, Jumat (26/2/2016).
Di satu sisi, Wayan mengakui, pasar modern dikelola secara profesional. Sementara pasar tradisional masih berkutat dengan permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang profesional dan ketidaknyamanan berbelanja.
Saat ini pasar modern dan pasar tradisional bersaing dalam pasar yang sama, yaitu pasar ritel.
"Hampir semua produk yang dijual di pasar tradisional seluruhnya dapat ditemui di pasar moderen, khususnya hypermarket", kata Wayan.
Jumlah pasar tradisional di Indonesia sebanyak 13.450 unit dengan sekitar 12,6 juta pedagang kecil. Oleh karena itu, lanjut Wayan, untuk tahun 2016 ini pihaknya akan merevitalisasi pasar tradisional sebanyak 85 buah pasar.
"Program revitalisasi pasar tradisional sudah kita lakukan sejak 2003 lalu. Sampai dengan 2015 telah dilakukan revitalisasi sebanyak 569 pasar tradisional. Untuk tahun lalu, ada 64 pasar tradisional yang kita revitalisasi", imbuh Wayan.
Wayan menambahkan, untuk tahun ini, telah ditetapkan revitalisasi pasar tradisional di daerah tertinggal dan wilayah perbatasan. Sedangkan di daerah yang terkena bencana, akan ada 20 pasar tradisional yang direvitalisasi.
Yakni, di Aceh, Banten, Jatim, Kalteng, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, NTB, NTT, Maluku, Maluku Utara, Papuan Barat, dan Papua.