Tahun Ini Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Diprediksi Cemerlang
Setidaknya di paruh pertama tahun 2016, kondisi pasar surat utang Indonesia bakal lebih kondusif ketimbang bursa saham domestik.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Para pelaku manajer investasi optimistis kinerja reksadana pendapatan tetap sepanjang tahun 2016 akan memperoleh katalis positif dari penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) alias BI rate.
Sepanjang Februari 2016, data Infovesta Utama menunjukkan indeks rata-rata imbal hasil reksadana pendapatan tetap yang tercermin pada Infovesta Fixed Income Fund Index mencapai 0,61%.
Lilis Setiadi, Presiden Direktur PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) menilai, setidaknya di paruh pertama tahun 2016, kondisi pasar surat utang Indonesia bakal lebih kondusif ketimbang bursa saham domestik.
Maklum, adanya ruang pemangkasan suku bunga BI menjadi katalis positif. Dari awal tahun 2016, BI sudah memangkas suku bunga acuan sebanyak dua kali dengan total 50 bps ke level 7%.
Wajar, inflasi Tanah Air cukup terkendali. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, inflasi Indonesia mencapai 0,51% pada Januari 2016 dan pada Februari 2016 terjadi deflasi sebesar 0,09%.
Walhasil, dengan adanya tren penurunan suku bunga dan yield SUN, investor berpeluang meraih kenaikan harga (capital gain) dari obligasi yang bakal berimbas positif pada produk reksadana pendapatan tetap.
"Sepanjang tahun 2016 saya prediksi return reksadana pendapatan tetap di level 8% - 10%," ujarnya.
Investment Director PT Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana memproyeksikan, return reksadana pendapatan tetap akan mencapai 12,5% sepanjang tahun 2016. Faktor pendorongnya, masih ada potensi bagi BI untuk kembali memotong suku bunganya. "Penurunan BI rate mungkin mendongkrak kenaikan harga obligasi 5% - 10%," terkanya.
Reporter: Maggie Quesada Sukiwan