Apa Itu Panama Papers? Bocornya Data Para Pengemplang Pajak
Beberapa pengguna menyambut senang bocornya dokumen ini karena dengan begitu para pengemplang pajak bisa diketahui identitasnya.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak pagi tadi, lini masa baik di Twitter maupun Facebook ramai oleh pemberitaan tentang Panama Papers.
Beberapa pengguna menyambut senang bocornya dokumen ini karena dengan begitu para pengemplang pajak bisa diketahui identitasnya.
Sebagian lagi berang, tentu saja. Nah, apa itu Panama Papers?
Bagaimana kebocoran data terbesar dalam sejarah ini bisa terjadi?
Panama Papers, oleh beberapa media, disebut sebagai kebocoran dokumen terbesar yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dokumen ini terdiri atas 11,5 juta file dari database Mossack Fonseca—yang merupakan firma hukum yang mengurusi bebas pajak terbesar keempat yang berbasis di Panama.
File-file ini berisi tentang bagaimana orang-orang terkenal dan kaya raya seperti pesepakbola Leonel Messi menyembunyikan kekayaannya dari kewajiban membayar pajak.
Secara total, kebocoran ini berisi informasi tentang lebih dari 214 ribu entitas bebas pajak yang terhubung ke orang-orang kaya di lebih dari 200 negara.
Laporan juga menyebut lebih dari 500 bank—termasuk HSBC, USB, Credit Suisse, Deutsche Bank, dan lain-lain—anak perusahaan dan cabangnya, telah bekerja sama dengan Mossack Fonseca sejak 1970-an, membantu para klien mengurus perusahaan bebas pajak mereka.
Bagaimana kebocoran ini terjadi?
Firma hukum Mossack Foncesa didirikan oleh laki-laki kelahiran Jerman bernama Juergen Mossack.
Bocornya data ini bermula ketika koalisi media internasional International Consortium of Investigative Journalism (ICIJ) dan surat kabar Jerman Sueddeutsche Zeitung menerima data dari seorang sumber anonim, lebih dari setahun yang lalu.
Menurut ICIJ, data itu berupa e-mail spreadsheet keuangan, paspor, dan catatan-catatan perusahaan yang merinci bagaimana orang-orang kuat ini memanfaatkan bank, firma hukum, dan perusahaan-perusahaan kategori shell company untuk menyimpan aset mereka.
Data itu membentang sekitar 40 tahun, dari 1977 hingga akhir 2015.
Tidak semua pihak senang, tentu saja!
Juru bicara Vladimir Putin, Dmitry Peskov, mengatakan kepada wartawan Kremlin bahwa pihaknya telah “menerima serangkaian pertanyaan dengan cara yang kasar” dari sebuah lembaga yang sedang berusaha mendiskreditkan orang nomor satu di Rusia itu. Sementara HSBC menyebut tuduhan itu sangat bersejarah.
Inilah negara-negara yang diindikasi memiliki keterkaitan dengan Panama Papers yang tengah fenomenal.
Argentina
Presiden Argentina Mauricio Marci dan saudaranya yang seorang direktur di sebuah perusaahn di Bahama diatur oleh Mossack Fonseca, firma hukum yang mengeluarkan Panama Papers. Ketika itu, Marci masih menjabat sebagai Walikota Buenos Aires.
Islandia
Perdana Menteri Islandia Sigmundur Gunnlaugsson telah diindikasi menggunakan offshore surga pajak. Ketika ia ditanya soal ini oleh beberapa wartawan, ia hanya berjalan keluar.
Bocornya data Panama Papers ternyata telah memantik aksi ribuan orang Islandia di depan Gedung Parlemen Islandia.
Meksiko
Pemimpin Meksiko Juan Armando Hinojos Cantu, di mana perusahaannya telah menyewakan sebuah rumah mewah untuk istri Presiden Meksiko, menyembunyikan setidaknya AS$100 juta (sekitar Rp1,3 triliun) dalam perusahaan offshore yang dikelola oleh Mossack Fonseca.
Nama lain adalah cofounder Guadalajara Cartel, Rafael Caro Quintero, yang juga menjalankan perusahaan melalui Mossack Fonseca.
Pakistan
Properti pribadi keluarga Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif di Pakistan dan London.
Rusia
Orang-orang terdekat Presiden Rusia Vladimir Putin yang diduga mentranfer uang sebesar AS$2 milyar ke luar negeri melalui perusahaan siluman. Operasi ini dijalankan oleh Bank Rossiya, yang sedang mendapatkan sanksi dari Amerika dan Eropa akibat aneksasi Krimea.
Suriah
Dua sepupu Presiden Suriah Bashar al-Assad juga disebut-sebut dalam Panama Papers.
Ukraina
Presiden Ukraina Petro Poroshenko menjadi pemegang saham di perusahaan offshore British Virgin Islands.
Inggris
Mendiang ayah Perdana Menteri Inggris David Cameron, Ian Cameron, diduga menjalankan perusahaan offshore supaya terbebas dari otoritas pajak Inggris selama kurang lebih tiga dekade.
Itu hanya sebagian negara, karena Panama Papers mencatat setidaknya ada 12 pemimpin negara, baik yang masih aktif maupun tidak, terlibat dalam upaya menggelapkan pajak.
(Mashable)