Deteksi Kebakaran Hutan, Sinar Mas Operasikan Ruang Komando
Asia Pulp & Paper (APP), salah satu grup Sinar Mas mengaktifkan ruang komando pencegahan dan penanganan kebakaran lahan
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai upaya memperkuat upaya mencegah dan menanggulangi kebakaran lahan dan hutan (karlahut), Asia Pulp & Paper (APP), salah satu grup Sinar Mas mengaktifkan ruang komando pencegahan dan penanganan kebakaran lahan dan hutan (karlahut).
Ruang komando tersebut berlokasi di kantor pusat Jakarta sebagai salah satu langkah pendeteksian dini titik api di konsesi pemasok APP yang ada di seluruh Indonesia.
"Dengan adanya situation room center ini, kami dapat memantau titik api yang muncul di sekitar areal konsesi pemasok kita secara real time," ungkap GM Fire Management APP Sinar Mas Sujica Lusaka, dalam keterangan tertulis, Kamis (7/4/2016).
Sujica menjelaskan, peta dan sistem yang digunakan merupakan hasil pengembangan oleh tim Information Technology (IT) Sinar Mas Forestry.
"Peta dan sistem ini mengambil data dari Geospasial Information System (GIS), serta di overlay dengan temuan dari pantauan geothermal imaging dari pesawat udara. Perpaduan data ini diharapkan dapat meningkatkan akurasi dan kecepatan pendeteksian titik api," tambah Sujica.
Menurutnya sejak informasi awal di tangkap kamera geothermal yang dibawa oleh pesawat cessna, data lokasi titik api aktual dapat didistribusikan ke distrik dalam waktu 2 menit, dan pesawat Cessna yang membawa kamera geothermal ini akan terbang mengelilingi konsesi pemasok APP di wilayah Sumatera selama 6 jam per hari dan disesuaikan dengan skala prioritas berdasar fire danger rating system (FDRS).
Sementara itu, FDRS dalam peta situation room center didapat dari data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) digabung dengan data Automatic Weather System (AWS) yang ada tiap distrik pemasok APP yang meliputi tingkat kelembapan, arah angin, temperatur, dan tekanan udara sehingga situasi terkini di konsesi (dan juga di luar konsesi) berupa suhu, cuaca, sampai sebaran titik api dapat diketahui.
Demikian pula tindakan yang harus dilakukan, sesuai dengan skala prioritas.
"Situation room dikendalikan 4 operator dan 1 supervisor, dan saat FDRS menunjukan warna kuning dalam artian rawan kebakaran, ruangan ini akan dioperasikan 24 jam," terang Sujica.
"Teknologi yang kami kembangkan untuk memantau real fire, sedangkan informasi teknologi yang sebelumnya digunakan adalah untuk mendeteksi hotspot. Yang penting dipahami, hot spot berbeda dengan fire spot (titik api). Dimana temuan hot spot di satu wilayah tidak selalu berbentuk api, selain itu pantauan hotspot satelit bisa 6 jam sampai 12 jam,” terang Sujica.
“Saat ini kami gunakan teknologi untuk memantau real fire yang mendekati real time, karena hanya membutuhkan waktu kurang dari 2 menit untuk mengolah dan mendistribusikan data ke dalam portal intranet yang bisa diakses oleh seluruh distrik pemasok kita,” tambah Sujica.
Sementara Direktur Sinar Mas Forestry Elim Sritaba menegaskan bahwa pihaknya juga akan bersikap proaktif dalam kegiatan pemadaman. Misalkan di satu wilayah, pemadaman telah berlangsung lebih dari 1 hari, maka akan segera dilakukan evaluasi,
"Kami akan berkoordinasi dengan distrik terkait agar langkah lanjutan dapat segera diambil. Apakah perlu memobilisasi pasukan pemadam dan peralatan dari wilayah lain. Karena kunci dalam aktivitas pemadaman adalah kecepatan," tambahnya.
Untuk mengoptimalkan tugas dilapangan, saat ini APP telah mempersiapkan regu pemadam kebakaran (RPK) yang tugas dan tanggungjawabnya tidak hanya berfokus kepada pemantauan dan pemadaman api di konsesi pemasok APP, tapi juga hingga di kawasan yang berada diluar konsesi (maksimal radius 5 km).
Selain itu, 4 helikopter, serta sejumlah peralatan berat seperti pompa, selang, nozzle juga telah disiapkan. APP juga telah membangun lebih dari 400 pos pantau dan 80 menara api.