Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Mandiri Energi ala Dusun Seriwe

Di saat pemerintah gencar menggiatkan program Desa Mandiri Energi (DME), masyarakat Dusun Seriwe menjawabnya dengan program E3i

zoom-in Mandiri Energi ala Dusun Seriwe
Tribunnews/Dodi Esvandi
Direktur sekolah pasca-sarjana Unsada, Prof Kamaruddin Abdullah (kiri), rektor Unsada, Dadang Solihin (tengah) dan Shuntaro Tanaka dari Matsui Co. Ltd Jepang (kanan) meminum air hasil desalinasi , yang diolah dengan listrik dari tenaga surya dan angin, di desa Seriwe, kabupaten Lombok Timur, NTB, Senin (18/4). 

Singkat kata, dari program E3i ini sukses menghasilkan listrik dari tenaga surya dan tenaga angin, yang saat ini dipakai untuk memompa air laut selama 4 jam sehari. Air laut yang dipompa itu kemudian diolah dengan teknik desalinasi, melalui teknologi dari Awina Sinergi Indonesia yang ahli di bidang energi terbarukan, menjadi air layak konsumsi.

Oleh koperasi Cottoni, air hasil desalinasi kemudian dipakai untuk pengolahan rumput laut. Jika selama ini warga hanya menjual rumput laut kering kepada pengepul, kini lewat bimbingan ahli budidaya perairan Universitas Mataram, anggota koperasi Cottoni diajarkan mengolah rumput laut menjadi dodol dan kerupuk.  "Rumput laut yang sudah diolah menjadi dodol dan kerupuk nilai keekonomiannya menjadi lebih tinggi daripada sekadar dijual kepada pengepul," kata Rofina, dosen budidaya perairan Universitas Mataram.

Dodol rumput laut dijual dengan harga Rp 25 ribu per kotak, sementara kerupuk dijual seharga Rp 10 ribu per bungkus. Tak hanya itu, air desalinasi itu juga dijual kepada warga dengan harga Rp 5.000 per galon.

Selain untuk menghasilkan listrik untuk mengolah air laut menjadi air layak konsumsi tanpa perlu dimasak, tenaga surya dan angin juga dipakai untuk mengeringkan rumput laut yang baru dipanen, dalam rumah kaca yang dilengkapi wind dryer.

Dosen Unsada yang juga bendara tim proyek pengembangan desa E3i Seriwe, Irna Nirwani Dajadiningrat, mengatakan, proyek E3i ini dirancang selama tiga tahun. Saat ini memasuki tahun kedua. Jika di tahun pertama proyek ini fokus pada pembangunan infrastruktur, tahun kedua akan mulai melakukan produksi, dan di tahun ketiga dusun ini diharapkan sudah mencapai pendapatan mandiri, dan mungkin bisa mengembalikan investasi yang masuk.

Sementara itu Dadang Solihin, Rektor Unsada, berharap proyek E3i ini menjadi pilot project, sekaligus proyek yang berkelanjutan. "Sehingga ketika nanti ada perubahan di rektorat Unsada atau di pemerintahan, program ini terus berjalan," katanya.

Berita Rekomendasi

Shuntaro Tanaka, tenaga ahli dari Matsui Co. Ltd Jepang, mengatakan, program E3i di Desa Seriwe ini merupakan kerjasama penting antara pihak Indonesia dengan Jepang, dalam penelitian mengenai energi terbarukan. "Di Indonesia masih banyak warga yang belum menikmati listrik. Kami berkomitmen menyumbangkan keahlian kami untuk pembangunan infrastruktur energi terbarukan, sehingga masyarakat di pelosok juga bisa menikmati listrik," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas