Hari Ini IHSG Berpeluang Rebound
"IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 4.810 dan resistance di 4.870."
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Perdagangan di awal pekan sekaligus di awal Mei yang dimulai dengan fraksi harga baru, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak bervariasi dalam rentang konsolidasi. Selain itu, IHSG diperkirakan punya peluang rebound terbatas.
Sentimen positif akan digerakkan dengan data pertumbuhan ekonomi 1Q16 yang diperkirakan bisa tumbuh di atas 5 persen setelah kuartal sebelumnya tumbuh 4,74 persen (yoy) dan angka inflasi April yang diperkirakan mencatatkan deflasi.
Dari kawasan, ada data aktivitas manufaktur China pada April lalu yang melambat dengan angka indeks 50,1 di bawah estimasi sebelumnya 50,3.
Sentimen ini akan membatasi pergerakan sejumlah saham, terutama yang berbasiskan komoditas.
"IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 4.810 dan resistance di 4.870," ujar David Sutyanto, Kepala Riset First Asia Capital dalam Market Research, Senin (2/5).
Tekanan jual kembali mendominasi perdagangan akhir pekan lalu. Sentimen pasar terutama dipicu kekecewaan atas rilis laba kuartal 1 sejumlah emiten sektoral yang kurang menggembirakan, terutama di sektor perbankan akibat kenaikan NPL.
Namun, setelah sempat koreksi 17 poin di akhir sesi pertama, IHSG berhasil mengurangi koreksinya dan tutup di 4838,583 atau koreksi 9,807 poin (0,2 persen).
Selain sentimen kinerja 1Q16, pergerakan IHSG akhir pekan lalu turut terimbas sentimen negatif pasar saham kawasan dan global setelah bank sentral Jepang (BoJ) tidak menambah alokasi stimulusnya dan data pertumbuhan ekonomi AS kuartal I melambat.
Selama sepekan terakhir IHSG bergerak bearish koreksi 1,55 persen terutama akibat rilis laba 1Q16 sejumlah emiten sektoral di bawah perkiraan sebelumnya.
Sepanjang April lalu IHSG koreksi tipis 0,5 persen, setelah tiga bulan pertama tahun ini mencatatkan penguatan.
Sementara perkembangan pasar saham global akhir pekan lalu masih ditandai dengan aksi jual. Di Wall Street indeks DJIA dan S&P masing-masing koreksi 0,32% dan 0,51% tutup di 17773,64 dan 2065,34. Sepekan terakhir indeks DJIA dan S&P masing-masing koreksi 1,3%.
Tekanan jual terutama akibat sentimen pencapaian laba kuartal 1 sejumlah perusahaan dan data ekonomi AS yang kurang menggembirakan.
Namun sepanjang April indeks DJIA dan S&P berhasil menguat masing-masing 0,5% dan 0,3% menandai penguatan untuk tiga bulan berturut-turut.
Penguatan pasar saham global April lalu terutama ditopang rally harga komoditas energi dan tambang logam lainnya. Harga minyak mentah sepanjang April lalu menguat hingga 20,68% di USD45,99/barel.
Reporter Andy Dwijayanto