Kerajinan Wayang Kulit Semakin Mendunia, Pengrajinnya Semakin Langka
Target pasar wayang kulit meluas hingga mancanegara. Sayang, jumlah perajin wayang yang benar-benar paham seni wayang semakin sedikit.
Editor: Y Gustaman
Wayang buatan Soemarno adalah wayang bergaya Solo dan Yogyakarta. Material dasar yang digunakan adalah kulit binatang, seperti kulit sapi, kulit kerbau dan kulit kambing.
Proses pengerjaannya minimal 20 hari untuk wayang kualitas biasa ukuran standar, sedangkan membutuhkan waktu hampir dua bulan untuk wayang kualitas kelas satu atau premium. Proses pembuatan wayang kulit membutuhkan waktu cukup lama serta butuh ketelatenan, keahlian khusus serta pengetahuan.
Harga wayang buatan Marno mulai Rp 150 ribu sampai Rp 300 ribu untuk ukuran kecil dan Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta untuk ukuran standar dalang. Sedangkan untuk wayang gunungan, harganya mulai Rp 3 juta hingga Rp 7 juta.
Dalam satu bulan, Marno sanggup mengerjakan 30 buah wayang ukuran kecil dan tiga wayang ukuran standar. Omzet yang ia dapatkan tak tentu, jika sedang banyak pesanan bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Baru-baru ini Marno mengirim 200 buah wayang ukuran kecil ke Selandia Baru dengan omzet ratusan juta rupiah.
Meski industri kriya wayang kulit masih tetap eksis hingga kini, namun Sagio mengatakan, jumlah perajin wayang yang benar-benar paham seni wayang semakin sedikit. Karena banyak perajin yang beralih profesi untuk mencari pendapatan yang lebih baik.
Hal itu dirasakan setelah Indonesia diterpa beberapa krisis ekonomi. Misalnya saja ketika krisis tahun 1998, hampir dua pertiga perajin wayang di desanya alih profesi selain karena tak ada wisatawan yang datang, harga bahan baku terlampau mahal. "Dari sekitar 150 perajin, saat ini tinggal 40-an saja," kata Sagio.
Ki Santoso, juga mengaku perajin di daerahnya berkurang dari 145 perajin menjadi hanya 40 perajin. Soemarno bilang, peran pemerintah melestarikan seni wayang harus ditingkatkan agar industri ini bergairah. (Kontan/Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani, Teodosius Domina)