Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kerajinan Wayang Kulit Semakin Mendunia, Pengrajinnya Semakin Langka

Target pasar wayang kulit meluas hingga mancanegara. Sayang, jumlah perajin wayang yang benar-benar paham seni wayang semakin sedikit.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Kerajinan Wayang Kulit Semakin Mendunia, Pengrajinnya Semakin Langka
Kontan/Theodosius Putra
Pengrajin sedang membuat pola wayang kulit. 

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Karya seni wayang kulit merupakan seni kriya nusantara yang dikelompokkan ke dalam fase tradisional klasik.

Seni ini secara teknik dan estetik dilandasi pemikiran falsafah hidup dan adab kehidupan dari pengaruh ajaran agama yang berkembang sejak zaman dahulu. Itu sebabnya, UNESCO menetapkan kerajinan wayang kulit sebagai masterpiece of oral and intangible heritage of humanity di 2013.

Pengakuan dunia terhadap wayang sebagai budaya bangsa warisan lelulur membuat pamor kerajinan ini makin dikenal masyarakat internasional.

Target pasarnya tidak hanya dari dalam negeri namun juga meluas hingga mancanegara. Beberapa perajin wayang yang menghasilkan produk berkualitas lantas merasakan imbasnya.

Sagio Djajaperwita, perajin wayang kulit asal Dusun Gendeng, Kasihan, Bantul mengatakan, pernah mengirim produk wayang buatannya ke beberapa negara di antaranya, Jepang, China, Hongaria, India, Inggris, Prancis, Belanda, Selandia Baru, Australia, Amerika Serikat dan sebagainya.

Dia juga pernah melakukan sejumlah rangkaian workshop cara pembuatan wayang di luar negeri. Wayang buatan Sagio terkenal berkualitas premium, meski ia juga membuat wayang dengan kualitas di bawah premium.

"Harga wayang seukuran Krisna biasanya sekitar Rp 2 juta per unit. Itu pengecatannya sudah dilapisi dengan emas 24 karat. Sedangkan kualitas nomor dua harganya kisaran Rp 1 juta per unit," terang Sagio.

BERITA TERKAIT

Perajin wayang lainnya, Ki Kasut Dermo Santoso dari Rumah dan Studio Gagrag Yogyakarta memiliki spesialisasi membuat wayang gaya atau gagrag Yogyakarta yang terdiri dari dua versi, yaitu versi keraton dan versi pedalangan. Ia juga wayang berukuran supermini yang banyak digemari para wisatawan asing untuk buah tangan.

“Wayang gagrag Kraton Ngayogyakarto pahatannya sangat halus, sementara gagrag Ngayogyakarta versi pedalangan tidak,” ucap Ki Santoso kepada KONTAN.

Ki Santoso bisa membuat wayang mulai dari proses pemahatan atau natah, pewarnaan dan pembuatan tangkai wayang atau gapit. "Tidak semua perajin wayang bisa melakukan semua proses itu. Ada yang hanya bisa natah saja, sunggih saja," terang dia.

Perajin Berkurang

Harga jual mulai dari  Rp 700 ribu hingga Rp 2 juta per unit. Satu kotak wayang pedalangan ada sekitar 175 buah sementara untuk satu kotak wayang keraton ada 600 buah.

Ki Santoso mengaku rata-rata bisa meraup omzet Rp 6 juta hingga Rp 7 juta per bulan. Jika sedang ramai pesanan, omzetnya mencapai Rp 15 juta sampai Rp 20 juta per bulan.

Soemarno, perajin wayang kulit lainnya asal Solo yang juga memiliki sanggar wayang kulit di Rawamangun, Jakarta Timur, sering mendapatkan pesanan dari individu-individu dan ritel untuk toko cenderamata. Banyak pula orang asing yang tertarik, khususnya dari Jepang, Belanda, Australia dan Selandia Baru.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas