Ironis, Indonesia Jadi Jadi Raksasa Kopi Tapi Tak Bisa Kendalikan Harga di Pasar Dunia
Untuk kopi jenis robusta, harga komoditas kopi mengacu pada bursa berjangka di London, Inggris.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Indonesia diakui menjadi surga kopi dunia. Selain Brasil, Vietnam, dan Kolombia, Indonesia merupakan produsen kopi terbesar dunia.
Bahkan, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Karyanto Suprih, mengatakan, ketika Brasil mengalami gagal panen pada beberapa tahun silam, Indonesia menjadi pemasok mayoritas kebutuhan kopi dunia.
Sayangnya, hingga saat ini, harga pasaran kopi Indonesia masih ditentukan oleh negara lain.
Untuk kopi jenis robusta, harga komoditas kopi mengacu pada bursa berjangka di London, Inggris.
Sementara itu, untuk jenis arabika, harga komoditas kopi mengacu pada bursa berjangka di New York, Amerika Serikat.
Karyanto berharap, ke depan, Indonesia bisa menjadi price-maker komoditas kopi.
"Ini sedang direncanakan. Kalau bisa, kan bagus karena kita produsen kopi dunia yang utama," kata Karyanto di Jakarta, Jumat (3/6/2016).
Karyanto berharap, diskusi yang dilakukan oleh asosiasi produsen kopi nasional bisa berjalan mulus dan membuahkan kesepakatan.
Jika berhasil, kopi akan menyusul komoditas timah yang sudah terlebih dahulu diperdagangkan melalui bursa berjangka.
Ditemui dalam kesempatan sama, Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Pranoto Soenarto menyebutkan, saat ini produksi kopi nasional tercatat mencapai 600.000 ton.
Sebanyak 400.000 ton di antaranya diekspor.
Pranoto sangat menyayangkan, Indonesia belum mampu menjadi penentu harga kopi dunia.
Justru negara-negara yang bukan produsen kopilah yang menentukan harga.
Penulis: Estu Suryowati