Pantauan di Pasar Tradisional Jakarta, Kebijakan Impor Gagal Redam Lonjakan Harga Pangan
Selama ini, tiga komoditas impor, bawang merah, daging, dan gula merupakan komoditas strategis. Fluktuasi harganya menyumbang cukup besar pada inflasi
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Upaya pemerintah menurunkan harga sejumlah komoditas pangan selama bulan Ramadan melalui impor tampaknya belum menunjukkan kemajuan berarti.
Hingga awal Ramadan ini, harga komoditas pangan yang diimpor masih saja bertahan tinggi di pasaran.
Padahal, untuk menekan harga bawang merah, daging sapi, dan gula, pemerintah sudah terang-terangan akan melakukan berbagai impor selama puasa dan Lebaran 2016.
Pekan lalu, Menteri Perdagangan (Mendag) Thomas Trikasih Lembong telah membuka izin impor daging sapi sebanyak 27.400 ton.
Dengan masuknya daging impor ini, ia berharap harga daging sapi di pasaran bisa stabil di kisaran Rp 80.000 per kg.
Namun dari pantauan Kontan ke sejumlah pasar tradisional di Jakarta, harga daging sapi masih tertahan di level tinggi.
Di Pasar Kramat Jati dan Pasar Minggu misalnya, harga daging sapi muri rata-rata Rp 110.000-Rp 115.000 per kg.
Sementara harga daging sapi paha belakang di kedua pasar tersebut rata-rata Rp 115.000-Rp 120.000 per kg.
Harga bawang merah juga masih bertahan di level tinggi. Di Pasar Kramat Jati, harga bawang merah stabil di kisaran Rp 26.000 per kg.
Sementara di Pasar Minggu, harga bawang merah masih bertahan tinggi, yakni rata-rata Rp 40.000 per kg.
Padahal Kementerian Perdagangan (Kemdag) telah membuka keran impor bawang merah sebanyak 2.500 ton–5.000 ton lewat Perum Bulog, PT Berdikari (Persero), dan PT Perusahaan Peradgangan Indonesia (Persero).
Selain impor, Kemdag juga telah menginstruksikan Bulog untuk membeli bawang merah dari petani dengan harga terendah Rp 15.000 per kg.
Lewat beberapa langkah itu, pemerintah menargetkan harga bawang merah di pasaran stabil di kisaran Rp 25.000 per kg.
Tapi faktanya, hasil impor bawang merah belum juga terasa dampaknya di pasaran.