Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Telkomsel: Penurunan Tarif Interkoneksi Belum Tentu Untungkan Pelanggan

Jika pemerintah ingin menurunkan tarif ritel, maka tidak akan signifikan dengan cara memangkas biaya interkoneksi.

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Telkomsel: Penurunan Tarif Interkoneksi Belum Tentu Untungkan Pelanggan
youtube
Direktur Utama Telkomsel 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penurunan tarif interkoneksi disangsikan bisa berdampak langsung kepada turunnya tarif ritel untuk percakapan lintas operator seluler yang ditawarkan kepada pelanggan.

Demikian pernyataan Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah yang akhirnya mau angkat bicara mengenai rencana pemerintah tentang perubahan tarif baru interkoneksi -- yang kabarnya akan diturunkan sebesar 25 persen.

Kepada wartawan, Selasa (7/6/2016), Ririek berpendapat bahwa tarif interkoneksi cuma sebagian kecil (sekitar 15 persen) dari variable komponen tarif retail secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa variable biaya. Misalnya, seperti service activation fee, marketing fee dan margin.

Seperti diketahui, biaya interkoneksi merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh operator asal atas penggunaan jaringan ke operator lain, ketika pelanggan melakukan panggilan lintas operator. Misalnya dari Telkomsel ke operator lain seperti ke Indosat maupun XL Axiata.

Sebagai ilustrasi perhitungan, saat ini tarif ritel yang dibebankan operator kepada pelanggan berkisar di angkaRp 1.500 – Rp 2.000 per panggilan off-net (panggilan lintas operator) per menit.

Ririek pun berpendapat bahwa jika pemerintah ingin menurunkan tarif ritel, maka tidak akan signifikan dengan cara memangkas biaya interkoneksi. Karena sejak tahun 2008, penurunan biaya interkoneksi i tu tidak pernah berdampak signifikan kepada penurunan tarif ritel off-net.

"Perhitungan tarif interkoneksi sebenarnya harus berdasarkan cost based. Hal ini menjadi common practice di perhitungan interkoneksi sebelumnya maupun bench mark di berbagai negara lain. Urutannya adalah, setiap operator memberikan data biaya penggelaran jaringan masing-masing kepada regulator, dimana setelah itu regulator akan melakukan audit terhadap angka yang diserahkan dari operator," ujarnya.

Berita Rekomendasi

"Perhitungan tarif interkoneksi harus dilakukan secara komprehensif dan bersifat adil untuk semua pihak. Tidak boleh ada operator yang diuntungkan dan dirugikan dalam berinterkoneksi. Kami berharap agar tarif interkoneksi yang baru memberikan dampak yang lebih baik kepada perusahaan maupun industri dengan perhitungan yang fair dan transparan," papar Ririek lebih lanjut.

Selain itu, orang nomor satu di Telkomsel itu berharap, pemerintah sebagai regulator seharusnya dapat menjaga iklim industri sehingga operator telekomunikasi tetap bisa sustainable dan tetap bisa memberikan tarif yang terjangkau (affordable) sehingga operator tersebut terus membangun dan memperbaiki kualitas layanannya.

Dalam kesempatan terpisah, Sekjen Pusat Kajian kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB Muhammad Ridwan Effendi mengatakan, bila pemerintah tetap melakukan penurunan ini secara drastis tanpa perhitungan biaya yang mencerminkan kondisi biaya jaringan industri sebenarnya, ia memprediksi dalam jangka panjang hal ini akan berdampak kepada tidak mampunya operator melakukan re-investasi.

"Yang namanya biaya interkoneksi itu adalah recovery cost dari jaringan alias harga dasarnya dari jaringan. Nah, kalau dibayar di bawah biaya itu mana bisa operator balik modal. Dalam jangka panjang operator akan tidak mampu melakukan reinvestasi jaringan," jelasnya pekan lalu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas