Pasarnya Menggiurkan, Asing Siap-siap Masuk ke Bisnis Sweetener
Asing berminat masuk karena selama ini mereka rutin mengekspor 2.000 ton pemanis ke Indonesia setiap tahunnya.
Editor: Choirul Arifin
Mawarti Wongso, Direktur PT Budi Starch & Sweetener Tbk, mengatakan, pasokan bahan baku tidak mencukupi di dalam negeri.
"Selain bahan baku singkong, alternatifnya bisa tepung jagung," kata Mawarti, Minggu (19/6/2016).
Dari sisi produksi, bahan baku seperti singkong atau jagung berkontribusi sekitar 70%-75% atas produksi pemanis. Saat harga bahan baku mahal, maka biaya produksi pemanis ikutan mahal.
Mawarti menduga, rencana investor China ke Indonesia terkait dengan turunnya harga jagung di China.
Sehingga, saat beroperasi di Indonesia, produsen pemanis asal China tersebut bisa mendapatkan keuntungan dari murahnya bahan baku.
"Ini ancaman bagi kami (industri dalam negeri), karena produk pemanis impor yang berbahan dasar jagung bisa merusak harga pemanis di Indonesia," kata Mawarti.
Asal tahu saja, saat ini Budi Starch memiliki empat pabrik pemanis di Indonesia yang beroperasi di Lampung, Subang, Krian, dan Solo dengan total kapasitas 250.000 ton per tahun.
Mawarti mengklaim, saat low season, utilisasi pabriknya hanya sekitar 30%-40% sedangkan kalau keadaan normal bisa 80%.
Reporter: Juwita Aldiani