Holding Energi Belum Bisa Efisienkan Bisnis BUMN
"Bukan menggabungkan minyak dan gas. Contohnya merger antara Shell dan BG Group."
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Drajad H Wibowo menilai pemerintah perlu mengkaji ulang rencana holding energi.
Drajad memaparkan tujuan akuisisi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (Persero) oleh PT Pertamina (Persero) belum terlihat menguntungkan kedua perusahaan plat merah tersebut.
Drajad beralasan, belum ada kajian yang bisa membuat optimis investor dan masyarakat yakin bahwa holding BUMN tidak memiliki resiko kerugian.
Menurutnya, hasil studi yang paling mudah adalah melihat penggabungan kedua perusahaan plat merah bisa memangkas biaya operasional atau tidak.
"Belum terdapat kajian yang meyakinkan bahwa penggabungan Pertamina dengan PGN akan memberikan sinergi operasional yang menghasilkan efisiensi," ungkap Drajad kepada wartawan, Selasa (19/7/2016).
Drajad membandingkan merger antara Shell dan BG Group dengan Pertamina dan PGN sangat berbeda. Pasalnya Shell dan BG Group sudah punya tujuan jelas yakni untuk memangkas biaya operasional di ladang gas Australia.
"Bukan menggabungkan minyak dan gas. Contohnya merger antara Shell dan BG Group. Motivasi utama adalah pemangkasan biaya dalam pengembangan ladang gas di Australia," kara Drajad.
Drajad juga menyebut kesulitan dari merger dua perusahaan BUMN adalah likuiditas atau solvabilitas, tidak berlaku dalam kasus Pertamina dan PGN. Sebagai target sasaran, PGN justru bagus likuiditas dan solvabilitasnya.
"Rencana pemerintah membentuk holding energi semakin tidak jelas," jelas Drajad.