Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Regulasi Wajib Lapor Transaksi Keuangan Tak Berjalan Efektif

"Aturannya sudah berlaku, tapi belum ada yang lapor."

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Regulasi Wajib Lapor Transaksi Keuangan Tak Berjalan Efektif
CENTRAL BANKING
ILUSTRASI 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Berlaku sejak pertengahan tahun lalu, hingga kini, kebijakan wajib lapor transaksi keuangan mencurigakan bagi lembaga swasta belum terealisasi dengan baik.

Hingga kini aturan pelaksana kewajiban ini belum rampung.

Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) M.Yusuf mengatakan, hingga kini belum ada lembaga swasta dari kelompok profesi, penyedia jasa keuangan dan penyedia barang dan jasa yang melaporkan transaksi mencurigakan ke PPATK.

"Aturannya sudah berlaku, tapi belum ada yang lapor," katanya, Senin (1/8/2016).

Kewajiban pelaporan transaksi keuangan bagi lembaga swasta ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 43 tahun 2015 tentang Pihak Pelapor Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.

Lewat beleid yang berlaku 23 Juni 2015 ini, pemerintah mewajibkan profesi seperti penyedia jasa keuangan, penyedia barang dan jasa, termasuk advokat, notaris dan akuntan publik untuk melaporkan transaksi keuangan mencurigakan.

Tunggu aturan teknis

Berita Rekomendasi

Wakil Kepala PPATK Agus Santoso menambahkan, implementasi kewajiban pelaporan transaksi mencurigakan bagi lembaga swasta masih belum bisa diimplementasikan.

Ini lantaran kini PPATK masih menyusun aturan teknis berupa Peraturan Kepala PPATK sebagai aturan pelaksanaan beleid itu.

Menurut Agus, kini PPATK tengah memfinalisasi Peraturan Kepala PPATK sebagai aturan teknis sebagai turunan PP nomor 43 tahun 2015.

"Poin aturan ini berisi tentang standard operating procedure (SOP) dan teknis pelaksanaan," ujar Agus, kemarin.

Agus menargetkan, pelaporan transaksi keuangan bisa mulai diimplementasikan(kick off) Oktober 2016.

Setelah kick off, PPATK perlu menggelar uji coba kebijakan ini selama enam bulan. Tujuannya agar penerapan kewajiban ini bisa memberikan manfaat yang optimal.

Agus mengakui, proses implementasi kebijakan ini membutuhkan waktu panjang.

"Karena mekanisme pelaporan sampai 2018 dan harus disampaikan dengan menggunakan format microsoft excell, makanya akan dilakukan bertahap," katanya.

Reporter: Agus Triyono

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas