Majalah Musik Rolling Stone Kini Jatuh ke Tangan Anak Konglomerat Singapura
Anak usaha bernama Rolling Stone international itu akan dikendalikan oleh Kuok.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA- Wenner Media, pemilik majalah musik yang berusia hampir 50 tahun, Rolling Stone, akan menjual 49% sahamnya kepada perusahaan Singapura, BandLab Technologies.
BandLab merupakan perusahaan rintisan alias startup yang didirikan Meng Ru Kuok, putra pemilik perusahaan CPO terbesar di dunia, Kuok Khoon Hong.
Meskipun bisnis utama BandLab berkaitan dengan pembuatan musik dan berbagi aplikasi, namun perusahaan ini juga merambah bisnis eceran. BandLab baru saja membeli MONO, perusahaan aksesoris alat musik.
Kepala Bagian Digital Wenner Media, Gus Wenner menyatakan, perusahaan melihat ‘kesempatan besar’ bagi Rolling Stone memasuki ‘bidang usaha baru. Gus Wenner adalah putra Jann Wenner, salah satu pendiri majalah Rolling Stones
Kesepakatan dengan BandLab’s ini diharapkan akan menjadi kesempatan bagi Rolling Stone masuk ke bisnis digital dan ritel, sekaligus memperluas pengaruhnya di Asia.
Dalam pengumumannya Minggu (25/9/2016), Rolling Stone menyatakan akan didirikan sebuah anak usaha internasional yang akan berkantor pusat di Singapura.
Anak usaha bernama Rolling Stone international itu akan dikendalikan oleh Kuok.
Kuok sendiri dalam sebuah pernyataan menyatakan dia merasa sangat terhormat bisa bergabung dengan Rolling Stones untuk mewujudkan potensi global.
Transaksi ini berawal dari seorang teman yang memperkenalkan keluarga Kuok dan Wenner. Perkenalan itu berlanjut dengan negosiasi selama 15 bulan sampai akhirnya tercapailah kesepakatan trans Pasifik tersebut.
Sayangnya BandLab Technologies menolak menyebutkan nilai transaksi pembelian saham tersebut. Sementara Wenner Media selaku pemilik Rolling Stone belum menjawab permintaan konfirmasi yang diajukan CNBC.
Majalah Rolling Stone beberapa waktu lalu terlibat kontroversi. Pada tahun 2014, majalah ini ditarik akibat artikel “A Rape on Campus” (Pemerkosaan di Kampus) tantang dugaan adanya geng pemerkosa di Universitas Virginia diragukan.
Belakangan, muncul keraguan tentang kebenaran klaim sumber utama di berita ini.
SUMBER : CNBC