Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Gayus Muncul, Pekerjaan Sri Mulyani Bertambah

Isu perpajakan terus menjadi pekerjaan rutinitas utama yang harus diselesaikan setiap Menteri Keuangan

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Gayus Muncul, Pekerjaan Sri Mulyani Bertambah
SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
CUKAI PALSU - Menteri Keuangan, Sri Mulyani melihat barang bukti cukai palsu saat ungkap hasil penggerebekan pabrik pita cukai palsu di Kantor Wilayah Bea Cukai Jatim I di Juanda, Kamis (28/10). Petugas mengungkap pabrik cukai palsu di percetakan Jl Embong Malang, Kebangsren gang I, Surabaya dengan menyita barang bukti 3 unit mesin hand press untuk memasang hologram, 12 rim pita cukai yang diduga palsu tahun 2016, 3 bundel pita cukai yang iduga palsu tahun 2015, 62 lembar plat printing dan 3 roll foil hologram. Dengan potensi kerugian negara mencapai Rp. 4.509.355.719. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Isu perpajakan terus menjadi pekerjaan rutinitas utama yang harus diselesaikan setiap Menteri Keuangan. Karena pemasukan negara dan tulang punggung perekonomian berasal dari pajak.

Sejak muncul kasus pencucian uang dari Gayus Halomoan Partahanan Tambunan, kepercayaan masyarakat terhadap pegawai pajak menjadi hilang. Hal itu yang harus dihadapi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati agar menghilangkan ketakutan dan mendorong masyarakat membayar pajak.

"Ada satu nama yang lebih ngetop dari Direktorat Jenderal Pajak, yaitu Gayus," ujar Sri Mulyani di Dialog Perpajakan, Selasa malam (8/11/2016).

Sri Mulyani pun paham banyak masyarakat tidak percaya lagi terhadap pegawai pajak sejak kasus korupsi Gayus Tambunan. Karena pajak yang disetor kepada negara tidak diketahui penggunaannya.

"Masyarakat berpikir, 'apakah saya bisa mempercayai petugas pajak'. Ini merupakan suatu PR buat kami," ungkap Sri Mulyani.

Sejak rasa percaya itu hilang, Sri Mulyani memahami pola pikir masyarakat. Menurut mantan Managing Director Bank Dunia itu, masyarakat memiliki alasan untuk tidak membayar pajak.

"Karena masyarakat punya persepsi dan ada masalah dengan kepercayaan. Maka dia menjadi salah satu alasan untuk tidak melakukan kewajibannya," kata Sri Mulyani.

Berita Rekomendasi

Sri Mulyani menambahkan para Wajib Pajak saat ini tidak lagi berpikir pentingnya pajak untuk negara. Karena hal itu Sri Mulyani menyebutkan banyak masyarakat menyetor pajak asal-asalan.

"Wajib Pajak merasa membayar pajak itu sesuatu yang bisa sekedarnya, kadang bayar kadang nggak. Kalau bayar ya bayar sekadarnya," papar Sri Mulyani.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas