Petani di Riau Mulai Beralih dari Sawit ke Hortikultura
Jumlah petani di Provinsi Riau yang beralih dari kelapa sawit menjadi penanam sayuran atau hortikultura semakin banyak
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah petani di Provinsi Riau yang beralih dari kelapa sawit menjadi penanam sayuran atau hortikultura semakin banyak, terutama di daerah Kecamatan Tualang Kabupaten Siak yang dimotori oleh seorang petani bernama Suryono.
"Setelah mereka melihat saya berhasil, akhirnya banyak yang mengikuti. Sedikitnya ada tiga sampai empat orang yang membabat sawit mereka, bahkan sampai pinjam alat penumbangnya ke saya," kata Suryono di Dusun Sukajaya Kampung Pinang Sebatang Barat, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Selasa (15/11).
Suryono mulai beralih dari kelapa sawit ke sayuran sejak 2013, karena melihat permintaan sayuran di daerah itu sangat tinggi, namun sangat bergantung pada pasokan dari Kota Pekanbaru serta Provinsi Sumatera Barat.
Beberapa jenis sayuran yang mulai ditanam Suryono antara lain kangkung, bayam, cabai, melon, semangka, kacang panjang, timun, pepaya, dan jagung.
Ketika menjadi petani sawit dengan lahan dua hektare (ha), Suryono hanya mampu meraih penghasilan maksimal sekitar Rp 2-3 juta per bulan.
Namun, kini dengan mengolah lahan setengah hektare untuk ditanami sayuran, dia berhasil meraup penghasilan sekitar Rp 15 juta per bulan.
Bahkan, pada lahan yang sama itu, Suryono bisa mempekerjakan empat sampai sembilan orang warga setempat.
"Berapa pun sayuran yang bisa kita tanam akan diambil semua dipasar, tanpa perlu memperluas lahan," kata pria 41 tahun ini.
Karena keberhasilannya, Suryono akhirnya diakui oleh Pemerintah Kabupaten Siak melalui penghargaan Adikarya Pangan Nusantara 2015, dan Petani Terbaik Siak Bidang Hortikultura 2016.
Keberhasilan Suryono kini dianggap menjadi inspirasi bagi petani lain, sehingga membawanya untuk menghadiri KTT PBB Perubahan Iklim (COP-22) di Marrakesh, Maroko.
Petani lain yang mulai beralih dari sawit ke sayuran, Makmur, mengatakan dirinya tertarik fokus menanam sayuran karena ada contoh yang sudah berhasil. Sebelumnya, dia memiliki 2,5 ha kebun sawit.
Namun, hasil yang didapatkan tidak cukup untuk kebutuhan hidup. Bahkan, Makmur terpaksa menjual setengah ha tanahnya.
"Sudah mati-matian saya bertani sawit tapi hasilnya masih kurang, sehingga terpaksa harus cari kerja sampingan lain. Sekarang saya matikan semua sawit saya dan tanam sayur saja," ujar lelaki 48 tahun ini.
Suryono menambahkan, kendala petani sayuran di daerah itu adalah penerapan teknologi yang masih tradisional. Dampaknya adalah saat musim hujan mereka kesulitan mengontrol air yang terlalu banyak, dan saat kemarau kesulitan air.
Namun, beberapa tahun terakhir petani setempat mulai terbantu dengan adanya program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) dari Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas.
Program DMPA itu membantu petani mulai dari modal. fasilitas untuk infrastruktur pertanian, hingga bantu pemasaran hasil panen hortikultura.
"Dari DMPA saya dapat bantuan alat berat untuk bikin embung air, pembuatan infrastruktur jalan ke kebun sampai bantu memasarkan hasil panen seperti jagung dan melon ke karyawan pabrik," kata Suryono.
Sementara itu, Director of APP on Strategic Corporate Relation Elim Sritaba mengatakan, pelaku usaha di sektor kehutanan dapat ikut mendorong keterlibatan masyarakat dalam mencegah kebakaran hutan.