Harga Minyak West Texas Intermediate Terus Terkerek Naik
Meski nada optimis juga masih terdengar. Bahwa setidaknya hingga sembilan bulan mendatang banjir produksi di pasar global perlahan akan menyusut.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kenaikan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) terus berlanjut.
Kini bahkan harga semakin dekat dengan level US$ 50 per barel.
Mengutip Bloomberg, Kamis (1/12) pukul 17.25 WIB harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Januari 2017 di New York Mercantile Exchange melesat 0,99% di level US$ 49,93 per barel dibanding hari sebelumnya.
Sebelumnya memang pada pertemuan OPEC kemarin berhasil disepakati bahwa produsen OPEC siap memangkas produksi menjadi hanya 32,5 juta barel per hari. Ini merupakan kesepakatan pemangkasan produksi pertama dalam delapan tahun terakhir.
Goldman Sachs Inc menduga dengan hasil ini harga minyak WTI berpotensi terbang ke level US$ 60 per barel sebelum nantinya bertahan di kisaran US$ 50 per barel di pertengahan tahun 2017 mendatang.
Sedangkan Morgan Stanley menduga kenaikan harga minyak WTI ini sulit bertahan hingga tengah tahun 2017 sebab perlu memperhatikan kenaikan produksi di AS dan Asia.
Diduga dengan pengurangan produksi dari OPEC, AS dan negara Asia lainnya akan berlomba untuk menggenjot produksinya dalam upaya mengembangkan pangsa pasar.
Ini juga yang kemudian mengarahkan Japan's Mitsui & Co bahwa rentang pergerakan harga minyak WTI akan tetap di kisaran US$ 40 per barel.
“Harga bisa saja naik terus hingga US$ 60 per barel karena keputusan ini, tapi kemudian para produsen lain akan memanfaatkan harga tinggi untuk mendongkrak penjualan dan harga akan merosot jatuh kembali,” tutur Keigo Matsubara, Chief Financial Officer of Japanese Trading House seperti dikutip dari Bloomberg.
Meski nada optimis juga masih terdengar. Bahwa setidaknya hingga sembilan bulan mendatang banjir produksi di pasar global perlahan akan menyusut.
Sehingga ada kans paling tidak harga minyak WTI bertahan di kisaran US$ 50 per barel.
Goldman Sachs Inc dalam laporannya menilai langkah OPEC ini lebih kepada menyedot kelebihan pasokan global daripada menggenjot harga.
Dengan mengurangi pasokan yang ada bisa saja harga akan berada dalam rentang US$ 55 per barel untuk waktu yang lama.
Untuk saat ini keputusan OPEC sudah berhasil mengangkat harga, tinggal menanti kelanjutan pergerakan ke depannya sembari menunggu laporan apakah terjadi kenaikan produksi di AS secara berkelanjutan.
Reporter Namira Daufina
Editor Yudho