Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

FAO dan Balitbang Kementan Sukses Genjot Produksi Jagung Lewat Pertanian Konservasi di NTB

Kegiatan yang berjalan tiga tahun ini bertujuan meningkatkan daya adaptasi petani terhadap perubahan iklim.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in FAO dan Balitbang Kementan Sukses Genjot Produksi Jagung Lewat Pertanian Konservasi di NTB
FAO
Melalui teknik Pertanian Konservasi, FAO dan Balitbang Kementerian Pertanian berhasil naikkan produksi jagung petani di NTB dan NTT hingga 77 persen jika dibandingkan dengan teknik pertanian konvensional. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) bekerja sama dengan  Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang) Pertanian Kementerian Pertanian memperkenalkan teknik Pertanian Konservasi (Conservation Agriculture/CA) di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kegiatan yang berjalan tiga tahun ini bertujuan meningkatkan daya adaptasi petani terhadap perubahan iklim. 

Hasilnya, hasil produksi jagung bisa ditingkatkan rata-rata 77% jika dibandingkan dengan praktik pertanian konvensional dengan melibatkan 264 kelompok tani dengan 6.000 anggota yang sepertiga adalah petani perempuan.

Siaran pers FAO kepada Tribunnews, Selasa (6/12/2016) menyebutkan, tiga prinsip utama pertanian konservasi adalah pengolahan tanah seringan-ringannya, penutupan permukaan tanah secara permanen, dan rotasi tanaman dengan kacang-kacangan.

Program Pertanian Konservasi ini tersebar di 9 kabupaten dengan rincian  27 kecamatan dan 65 desa di NTT dan NTB.

Melalui kerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) NTT dan Badan Koordinasi Penyuluhan (BAKORLUH) NTB, kegiatan pertanian konservasi dikembangkan melalui pelatihan bagi para penyuluh.

Pelatihan pertanian konservasi di tingkat Provinsi NTT dan NTB diikuti 49 orang penyuluh dari 10 kabupaten di NTT dan NTB.

Berita Rekomendasi

Di masing-masing kabupaten sasaran, dilaksanakan pelatihan yang diikuti oleh para penyuluh dari lima Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) dan Sekolah Kejuruan Pertanian dengan peserta mencapai 275 orang penyuluh, 30 guru dan 321 siswa Sekolah Kejuruan Pertanian.

Kepala Badan Litbang Kementrian Pertanian Dr. Ir. Muhammad Syakir menyatakan, Pertanian Konservasi diharapkan dapat diadopsi dan berkembang lebih luas serta dapat dilaksanakan secara masif oleh masyarakat.

"Perlu strategi dan mekanisme yang baik bagaimana proses alih teknologi ini dapat sampai ke masyarakat secara cepat dan berdampak pada peningkatan pendapatan petani yang menerapkan pertanian konservasi tersebut,”  ujar Dr. Syakir.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas