Yuk, Merintis Bisnis Katering Harian
"Jika sudah dirasa cocok citarasa masakan, pelayanan, dan penyajiannya, kerjasama akan terjalin dengan sendirinya."
Editor: Choirul Arifin
Kartika mengaku bisa mengantongi keuntungan bersih minimal 5% sampai 30%. Menggiurkan bukan?
Seperti bisnis lainnya, usaha katering harian juga tak lepas dari tantangan. Yang utama adalah, kejenuhan pelanggan soal makanan.
Solusinya: dengan melakukan inovasi variasi makanan.
“Harus sering-sering wisata kuliner juga karena banyak sekali variasi makanan yang ada di luar san, dan kami tak mau tertinggal,” ujar Ina, panggilan sehari-hari Maria Anggarina Eka Hapsari.
Sementara Kartika melihat tantangan bisnis katering harian saat ini adalah masalah perbedaan selera. Lalu, pengaturan waktu dan pemilihan makanan yang tepat, serta menjadikan tim dapur kompak sekaligus menciptakan suasana kerja yang nyaman.
“Untuk itu, mesti selalu terbuka meminta saran siapa saja termasuk pegawai sendiri. Selalu belajar dari kesalahan dan terus maju memperbaiki katering ini agar bisa lebih baik lagi,” tutur Kartika.
Modal awal
Dalam memulai bisnis katering harian, pertama-tama Kartika memantapkan niat dulu lalu mempelajari tentang usaha ini sebanyak mungkin.
Menimba ilmunya bisa dari pelaku usaha yang sudah berpengalaman berbisnis katering harian maupun dengan ikut pelatihan.
Selanjutnya, Kartika memulai bisnis katering harian bermodalkan dapur milik orangtua, lalu bahan baku, boks makanan, dan stiker yang didesain sendiri dalam jumlah kecil.
"Bertahap, perlahan-lahan saja. Sekarang, akhirnya saya bisa punya dapur khusus dan peralatan yang cukup," katanya.
Modal yang Kartika keluarkan pertama kali tidak banyak, hanya Rp 500.000. Sebab, ya itu tadi, di awal memulai usaha ini, ia meminjam dapur sekaligus peralatan masak orangtuanya.
Modal awal setengah juta rupiah itu dia gunakan untuk membuat desain boks dan stiker. Lalu, untuk membeli peralatan nasi boks, seperti sendok, mika, dan tisu. Tentu, untuk membeli bahan mentah juga.
Kartika memulai bisnis katering harian tahun 2013. “Klien pertama saya adalah saudara sendiri yang memesan nasi boks untuk acara keluarga di rumahnya,” kenangnya.