Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Berkunjung ke Tribunnews.com, PLN Paparkan Tantangan Pembangunan Listrik di Papua

Haryanto WS mengungkapkan target PLN hingga 2019 adalah mengkover hingga 97 persen wilayah Indonesia hingga 70 juta sambungan listrik.

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Berkunjung ke Tribunnews.com, PLN Paparkan Tantangan Pembangunan Listrik di Papua
Tribunnews.com/Lendy Ramadhan
Jajaran PLN yang hadir dalam acara HUT ke-7 Tribunnews, Rabu (22/3/2017) antara lain Haryanto WS, Direktur Bisnis Maluku-Papua, Bambang Dwiyanto Sekretaris Perusahaan, I Made Suprateka kepala Satuan Komunikasi Korporat dan Agung Murdifi Manajer Senior Public Relation. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Jajaran manajemen PT PLN (Persero) berkunjung ke kantor redaksi Tribunnews.com, mereka pun memaparkan tantangan perusahaan penyedia listrik di Indonesia tersebut adalah menerangi daerah-daerah di timur Indonesia.

Jajaran PLN yang hadir dalam acara HUT ke-7 Tribunnews, Rabi (22/3/2017) antara lain Haryanto WS, Direktur Bisnis Maluku-Papua, Bambang Dwiyanto Sekretaris Perusahaan, I Made Suprateka kepala Satuan Komunikasi Korporat dan Agung Murdifi Manajer Senior Public Relation.

Dalam kesempatan tersebut, Haryanto WS mengungkapkan target PLN hingga 2019 adalah mengkover hingga 97 persen wilayah Indonesia hingga 70 juta sambungan listrik.

"Jumlah paling besar yang belum terkover adalah Maluku, Papua, NTB dan NTT. Untuk Provinsi Papua bahkan masih 45 persen saja yang terkover dan itu menjadi tantangan terbesar kami," ujar Haryanto.

Menurutnya, wilayah desa yang berada di pegunungan dan terpisah-pisah sehingga menyulitkan PLN mengadakan pembangkit listrik. Hingga tahun 2018 PLN menargetkan akan menerangi sebanyak 2.300 desa di Papua.

Dengan medan pengunungan, untuk mencapai daerah-daerah tersebut PLN harus menggunakan sarana transportasi udara. Akibatnya, biaya produksi listrik pun membengkak. Sebagai contohnya untuk membawa bahan bakar solar ke Wamena dari Jayapura menelan dana Rp 8.000 per liter sehingga biaya listrik pun membengkak. "Biaya per KWH listrik menjadi Rp 6.000, padahal kalau di Pulau Jawa hanya Rp 900/KWH," jelasnya.

Belum lagi untuk dua kabupaten yang di dekat Puncak Jaya yaitu Ilaga dan Mulia yang mesti harus menggunakan pesawat lagi menuju ke tempat itu. Biaya per KWH-nya pun membengkak menjadi Rp 10.000.

BERITA REKOMENDASI

"Alternatif yang paling memungkinkan di dua kabupaten ini adalah menggunakan energi setempat yaitu solar cell (energi surya) dan tenaga air," jelasnya.

Untuk penerangan, PLN juga akan menyediakan lampu Super Ekrta Hemat Energi (SEHEN).Namun itu juga bukan alternatif terbaik, karena hanya bisa tahan selama 3 tahun.

Dengan lampu sehen ini, PLN menargetkan bisa menerangi sekitar 1.500 desa, sedangkan sisanya sudah bisa menggunakan lampu biasa.

Haryanto berharap, proyek Transpapua yang terus dibangun ini bisa mempermudah distribusi dan pengangkutan alat-alat serta bahan bakar sehingga biaya produksi listri di daerah tersebut makin bisa dipangkas.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas