Penelitian Ini Menunjukkan Wanita Lulusan Di Bidang STEM Relatif Cepat Dapat Kerja
Penelitan Mastercard bertajuk Girls in Tech, pelajaran (STEM) menunjukkan para pekerja di STEM sangat puas dengan karir mereka.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil penelitian kedua Mastercard bertajuk Girls in Tech, pelajaran dan karir di bidang Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika (STEM), menunjukkan para pekerja di bidang STEM sangat puas dengan karir mereka saat ini.
Tak hanya puas dengan karir mereka, para lulusan STEM juga mendapat pekerjaan pertama mereka dalam waktu yang relatif cepat.
Berdasarkan wawancara pada bulan Desember 2016 yang jumlah responden sebanyak 2.270 perempuan berusia 12-25 tahun di enam negara di kawasan Asia Pasifik, menunjukkan 84 persen first jobber yang lulus bergelar STEM telah memperoleh pekerjaan pertama mereka kurang dari enam bulan.
Sementara 60 persen dari para lulusan itu sangat puas dengan pilihan pekerjaan mereka setelah lulus. Di Indonesia, mayoritas dari lulusan STEM bekerja di bidang yang sesuai dengan gelar mereka (84 persen bekerja di bidang STEM).
Alasan mereka bekerja merupakan alasan utama bagi mereka memilih untuk bekerja di bidang STEM. yang didalamnya ada passion (50 persen) dan tantangan (47 persen).
Pemikiran utama mereka ketika memutuskan untuk memilih sebuah pekerjaan ialah upah yang tinggi (82 persen), bekerja dengan orang-orang yang cerdas (82 persen), keamanan dalam bekerja (79 persen) serta kesesuaian pekerjaan dengan ketertarikan mereka (79 persen).
Selain kepuasan terhadap pekerjaan dan kemudahan dalam memulai karir paska-kelulusan, penelitian ini menunjukkan di antara first jobber yang bekerja di bidang STEM, terdapat persepsi jenjang karir yang panjang terhadap pekerjaan tersebut, dengan 63 persen dari wanita muda yang disurvei mencatat bahwa mereka cenderung untuk bertahan di bidang yang terkait dengan STEM dalam karir mereka.
Banyaknya kesempatan untuk belajar, bertumbuh, dan maju, serta passion mereka terhadap bidang STEM merupakan faktor utama yang dipilih responden untuk tetap bertahan berkarir di bidang STEM.
Namun meskipun manfaat dari belajar dan berkarir di bidang STEM merupakan hal yang menarik dan persuasif bagi para first jobber di bidang tersebut, masih terdapat banyak hal yang dapat dilakukan untuk lebih mendorong anak perempuan dalam mempelajari ilmu di bidang STEM dan mengejar karir di bidang ini.
Di antara para remaja perempuan yang disurvei, 30 persen dari mereka yang berusia 17-19 tahun mengatakan bahwa mereka tidak akan memilih pekerjaan di bidang STEM walaupun mereka mempelajari mata pelajaran bidang tersebut.
Sementara itu, anak-anak perempuan berusia 12-19 tahun mengatakan mereka akan terus memegang persepsi bahwa mata pelajaran STEM itu sulit (39 persen) dan karir STEM merupakan karir yang bias gender, dengan dua dari lima anak perempuan percaya hanya sedikit anak perempuan yang memilih mata pelajaran STEM dikarenakan adanya persepsi bahwa pekerjaan STEM didominasi oleh laki-laki.
Walaupun partisipasi anak-anak perempuan berusia 15-19 tahun di bidang STEM merupakan salah satu yang tertinggi di wilayah Asia Pasifik, namun dibandingkan dengan negara lain-nya Indonesia menjadi negara yang paling mendekati untuk menutup adanya kesenjangan gender (gender gap).
Hanya 26% dari anak-anak perempuan di Indonesia (dibandingkan dengan 39% rata-rata di wilayah tersebut) yang menyatakan bahwa anak-anak perempuan lebih cenderung untuk tidak memilih mata pelajaran STEM ketika melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki.
“Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa STEM sebagai bidang studi dan pilihan karir merupakan salah satu bidang yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dan keinginan para first jobber, namun juga memiliki kedalaman dan keluasan ilmu yang memuaskan mereka, “ujar Georgette Tan, Senior Vice President, Communications, Asia Pasifik, Mastercard.
Walaupun hasilnya menggembirakan, tambah Georgette Tan, penelitian ini menyoroti beberapa kesalahpahaman yang dipegang erat oleh anak-anak perempuan serta perempuan muda terkait dengan mata pelajaran serta karir di bidang STEM.
“Mereka masih percaya STEM merupakan dunia para pria dan jalan yang akan mereka tempuh di bidang tersebut akan sangat sulit. Faktanya, berkarir dalam bidang STEM memberikan para wanita sebuah kesempatan untuk memberi dampak positif kepada dunia melalui kepemimpinan serta kreativitas mereka. Untuk membangun generasi masa depan dari para pemimpin wanita di bidang STEM, kita juga harus senantiasa menginspirasi, melibatkan, dan menumbuhkan minat anak-anak perempuan terhadap bidang STEM sejak usia dini,” ujar Georgette Tan, Senior Vice President, Communications, Asia Pasifik, Mastercard.