Melihat dari Dekat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Terbesar di Dunia, Sarulla
Namun siapa sangka, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla yang berada di Tapanuli Utara itu akan menjadi PLTP terbesar di dunia.
Penulis: Yulis Sulistyawan
Diinjeksi Lagi
Sarulla menggunakan tiga metode dalam pembangkitannya, yaitu condensing, bottomic, dan binary sehingga sangat efisien dalam memanfaatkan uap dan produk uap (brine).
Tingkat efisiensi PLTP Sarulla mengalahkan tiga PLTP lain di Tanah Air, yaitu PLTP Darajat, PLTP Kamojang, dan PLTP Wayang Windu.
Yunus Saefulhak, Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM mengatakan uap sumur yang dimanfaatkan untuk PLTP Sarulla 1 hanya 65 megawatt (MW) tapi bisa menghasilkan listrik dengan kapasitas terpasang 110 MW.
“PLTP Sarulla memang paling efisien, beda dengan beberapa PLTP lainnya seperti PLTP Kamojang, PLTP Darajat, atau Wayang Windu yang hanya menggunakan satu metode, yaitu condensing. Dengan metode ini, uap yang tersedia harus lebih besar. Misalnya, untuk menghasilkan listrik 110 MW dibutuhkan uap dari sumur sebesar 130 MW,” ujar Yunus.
Fazil E Alfitri menjelaskan, PLTP Sarulla Unit 1 menggabungkan teknologi flash dari Toshiba dan biner Ormat. Teknologi ini menghasilkan pembangkit listrik dengan efisiensi tinggi dan menginjeksikan kembali 100 % dari uap panas bumi yang sudah terpakai.
"Pipa ada dua itu satu untuk membawa panas bumi ke turbin dan kemudian setelah didinginkan, diinjeksi lagi ke dalam tanah. Sehingga super efisien dan ramah lingkungan," jelas Fazil.
Toshiba menyediakan turbin dan generator uap (STGs) panas bumi untuk sistem flash. Sedangkan Ormat membuat desain konseptual dari pembangkit PLTP unit siklus gabungan (GCCU) dan menyediakan Ormat Energy Converter (OEC).
Fungsi GCCU dan OEC adalah sebagai kondensasi bagi turbin-turbin uap dan memanfaatkan brine terpisah untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya dan memaksimalkan daya keluaran.
Sarulla Operations Ltd mengoperasikan unit 1 PLTP Sarulla yang berlokasi di Silangkitang Kecamatan Pahae Jae, Tapanuli Utara, berkapasitas 110 MW pada 18 Maret 2017.
Rida Mulyana menjelaskan, dengan uap yang telah terpakai lantas diinjeksi lagi ke dalam perut bumi, maka kekhawatiran pembangkit ini merusak lingkungan justru terbantahkan.
Justru ketika uap yang telah dikondesasikan dan lantas dimasukkan lagi ke bumi, semakin membuat kondisi air di dalam tanah tetap terjaga dengan baik.
"Bahkan di PLTP yang sudah berjalan, kondisi hutan makin lebat karena untuk butuh uap itu asalnya dari air tanah yang panas karena magma. Jadi hutan harus bagus," jelas Rida.
27 Tahun
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.