Aplikasi Music Streaming Tumbuh Pesat, Bagaimana Nasib Perusahaan Rekaman?
Bisnis musik terus diputar dengan cepat. Dari kaset, CD, MP3 yang sering kali dibajak, kini bisnis musik mulai terpusat pada aplikasi musik streaming.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Bisnis musik terus diputar dengan cepat. Dari kaset, CD, sampai MP3 yang tercecer dan dibajak di mana-mana, kini bisnis musik mulai terpusat di wadah baru, aplikasi streaming musik.
Diawali dengan Soundcloud, aplikasi streaming musik lainnya tumbuh cepat dengan kehadiran Spotify, Joox, dan Apple Music. Pendengar aplikasi streaming terbanyak masih ada di Soundcloud, mencapai 175 juta pendengar.
Tapi pendengar berbayar Spotify menyusul dengan cepat, disusul Pandora dan Apple Music yang sudah menembus 20 juta pendengar berbayar.
Tren menikmati musik lewat aplikasi streaming kini sudah menular ke dalam negeri. Menurut data Mc-Kinsey, pasar streaming musik Indonesia didominasi oleh Joox, yang baru berdiri kurang dari 5 tahun.
Spotify yang agresif di luar negeri malah cuma mengambil tidak sampai sepuluh persen dari pangsa pasar Indonesia. Kesuksesan penetrasi pasar di Indonesia, karena perusahaan aplikasi streaming tidak datang sendiri.
Tapi mereka bergandengan tangan dengan perusahaan telekomunikasi yang menawarkan paket data khusus.
Bagi perusahaan Telko, makin banyak musik diputar, makin banyak uang masuk ke kantong mereka. Tapi di balik "merdunya" pertumbuhan aplikasi streaming, perusahaan label musik lokal, Trinity, merasa belum banyak diuntungkan.
Kecilnya bayaran dari aplikasi streaming juga membuat musisi seperti Taylor Swift mencoret streaming sebagai lahan memasarkan musik mereka.
Meski perdebatan soal bayaran terus berlanjut, tapi musisi tanah air seperti Raisa optimis, akan masa depan aplikasi streaming.(*)