Sektor Manufaktur Tertekan, Industri Kini Memilih Wait And See
"Sebagian pengusaha masih menunggu, tetapi sebagian pula ada yang sudah merencanakan investasi di Jawa dan luar Jawa."
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor manufaktur Indonesia tertekan. Data Badan Pusat Statistikmencatat industri manufaktur mikro dan kecil pada kuartal II-2017 hanya tumbuh 2,5% setahun terakhir atau year on year (yoy).
Posisi ini lebih lambat dibanding kuartal I-2017 yang sebesar 6,63% yoy. Level pertumbuhan industri kecil itu terendah sejak tahun 2015.
Kelesuan yang sama juga tampak pada industri besar. Pada kuartal II-2017, industri besar tumbuh 4% dibanding periode sama tahun lalu, dan melambat dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,46 persen.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, untuk saat ini pelaku industri memilih untuk wait and see sampai akhir tahun. Sembari menanti momentum yang tepat untuk merealisasikan investasinya.
"Sebagian pengusaha masih menunggu, tetapi sebagian pula ada yang sudah merencanakan investasi di Jawa dan luar Jawa," ujar Ade ketika dihubungi KONTAN pada Rabu (2/8/2-017).
Baca: PLN Akhirnya Berhasil Paksa 53 Perusahaan Listrik Swasta Tanda Tangani Perjanjian Jual-Beli
Ade menjelaskan, sebagian pengusaha, meski tidak banyak, ada beberapa pengusaha yang mulai merencanakan investasi. Nilai investasinya beragam mulai Rp 2 triliun, bahkan hingga Rp 4 triliun.
"Ada yang investasi di Jawa, ada yang luar Jawa. Terakhir, ada yang investasi di Riau sebesar Rp 4 triliun itu," terangnya.
Meski begitu, masih banyak pengusaha yang menunggu hingga kini. Sentimen negatif, kata Ade, masih bertebaran. Hal ini tidak bisa diperbaiki dalam sehari-dua hari karena dibutuhkan kepercayaan dari kedua belah pihak.
Baca: Duh, Wanita Cantik Asal Timor Leste Ini Dianugerahi Wajah Mirip Angelina Jolie
Menurut Ade, sentimen ini merupakan pertanda bagi pengusaha untuk berhenti sejenak. Ade memprediksikan sentimen negatif ini akan berakhir di akhir tahun.
Ada beberapa proyek besar pemerintah yang harus mulai dikerjakan di akhir tahun 2017.
"Kereta cepat, MRT ke Bogor, jalan alternatif, jalan tol Jakarta-Bekasi, dan banyak proyek itu kan harus mulai. Kalau tidak, selesainya bisa terlambat, jadi pasti harus jalan," jelasnya.
Reporter: Choirun Nisa