Penjualan Ritel Ngedrop di Bulan Juli
"Dari sisi teknikal, kurs dolar terhadap rupiah menghadapi tekanan jual yang signifikan pada grafik harian."
Penulis: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di perdagangan hari Senin (11/9/2017) kemarin kurs rupiah menguat tajam terhadap dolar AS meskipun penjualan ritel sepanjang bulan Juli tercatat merosot 3,3 persen jika dibandingkan satu tahun sebelumnya.
Analis Lukman Otunuga dari ForexTime menilai, penurunan penjualan ritel yang drastis ini merupakan kontraksi pertama dalam hampir enam tahun terakhir. "Tren ini dapat memicu kekhawatiran tentang penurunan konsumsi di Indonesia tahun ini," sebutnya, Selasa (12/9/2017).
Dia menjelaskan, meski sentimen terhadap Indonesia mungkin memburuk di jangka pendek karena penjualan yang melemah, prospek ekonomi secara umum tetap menjanjikan dan pasar memantau apakah target pertumbuhan PDB 5,2 persen akan tercapai di tahun 2017.
"Dari sisi teknikal, kurs dolar terhadap rupiah menghadapi tekanan jual yang signifikan pada grafik harian. Breakdown di bawah 13200 dapat membuka jalan menuju Rp 13.070," sebutnya.
Emas Melemah
Dia juga memaparkan harga emas melemah di hari Senin kemarin namun karena dolar AS masih rentan menurun, emas tetap berpotensi menguat di jangka panjang.
Baca: Sri Mulyani Mewanti-wanti, Jangan Tergoda Rayuan Teman Kalau Jadi Pengawas Penerimaan Negara
"Selera risiko mulai bangkit sehingga emas meredup di hari Senin setelah mencapai level tertinggi dalam lebih dari satu tahun terakhir pada sesi sebelumnya," ungkapnya.
Pasar yang bersiap jika Korea Utara meluncurkan misil lagi di akhir pekan untuk merayakan hari pendirian negara tersebut dapat bernapas lega karena Pyongyang memutuskan untuk tidak mengambil langkah itu.
"Situasi ini memulihkan selera atas aset berisiko dan memperkuat USD, sementara aset safe haven seperti emas melemah. Emas mungkin semakin melemah dalam situasi risk on saat ini, penurunan ini mungkin terbatas karena pasar tetap berhati-hati," dia memaparkan.
Baca: GMF Pastikan Dana Hasil IPO Tidak Akan Dipakai Garuda
Dolar masih rentan melemah dan ekspektasi kenaikan suku bunga AS di bulan Desember merosot tajam, jadi harga emas sepertinya akan tetap terangkat.
Emas tetap berpotensi menguat, terutama meninjau ketidakpastian politik di Washington, ketegangan geopolitik, dan Brexit yang membuat pasar terus mencari aman.
Baca: Smartphone Xiaomi Paling Anyar Ini Siap Jadi Pembunuh iPhone 8
Dari sudut pandang teknis, bulls masih tetap berkuasa walaupun harga emas menurun drastis akhir pekan kemarin. Breakout di atas $1340 dapat membuka jalan menuju kenaikan yang lebih besar lagi ke arah $1350.
Di skenario alternatif, breakdown dan penurunan berulang kali di bawah $1325 berpotensi mendorong penurunan lebih lanjut menuju $1315 kemudian $1300.