Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Para Pengembang China Serbu Properti Indonesia, Beli Tunai Properti hingga Triliunan Rupiah

Menariknya, hampir seluruh pengembang itu membeli lahan untuk mendukung usaha pengembangan bisnis propertinya secara kontan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Para Pengembang China Serbu Properti Indonesia, Beli Tunai Properti hingga Triliunan Rupiah
Warta Kota/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Banjir Kanal Barat (BKB) dengan latar gedung pencakar langit di Kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (20/1/2016). BKB yang dibangun pada tahun 1920 pada jaman Belanda ini berfungsi sebagai pengeendali banjir Ibukota.Warta Kota/angga bhagya nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG -  Di tengah pasar properti Indonesia yang masih lesu, para pengembang China, baik yang berbasis di Hongkong, Beijing, maupun Shanghai berlomba "menyerbu" pasar properti Indonesia.

Dalam catatan KompasProperti, setidaknya ada 8 pengembang dari Negeri Tirai Bambu ini yang mengadu peruntungan dan telah merealisasikan investasinya.

Mereka adalah Hongkong Land, China Sonangol Land, Kingland Group, CCCG, Shenzen Yantian Port Group Co Ltd, Country Garden Holdings Co Ltd, Wuzhou Investment Group, dan Datzo Investama Group.

Menariknya, hampir seluruh pengembang itu membeli lahan untuk mendukung usaha pengembangan bisnis propertinya secara kontan.

Baca: Negara Harus Ambil Alih Masalah Properti untuk Tekan Harga Tanah

Sebut saja, Datzo Investama Group, pengembang yang kantor pusatnya di Hongkong ini, mengakuisisi lahan seluas 1,5 hektar di kawasan Alam Sutera, Tangerang, Banten.

Tak tanggung-tanggung, nilainya mendekati angka Rp 600 miliar. Ini berarti, lahan yang berada di kawasan utama atau jalur bulevar tersebut dipatok seharga Rp 40 juta per meter persegi.

BERITA REKOMENDASI

Direktur Proyek Datzo Investama Group Ma Rui Zhui mengungkapkan, angka Rp 600 miliar itu merupakan bagian dari nilai investasi Rp 2 triliun yang akan dikeluarkan untuk membangun apartemen The Noble.
"Kami membeli lahan secara tunai. Setelah perizinan selesai, kami akan memulai pembangunan pada awal 2018. Saat ini perizinan baru tahap rekomendasi Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG)," papar Ma menjawab KompasProperti, Jumat (15/7/2017).

Pembelian lahan secara tunai dan juga konstruksi yang dilakukan setelah izin dikantongi ini, kata Ma Rui, sebagai upaya untuk meyakinkan pasar (konsumen), dan membuktikan iktikad baik perusahaan.

Baca: FPI Minta Senjata untuk Bela Rohingnya, Ini Reaksi Prabowo Subianto

Demikian halnya dengan PT Sindeli Propertindo Abadi yang mengembangkan apartemen Jakarta Living Star di kawasan Lapangan Tembak, Cibubur, Jakarta Timur.

PT Sindeli Propertindo Abadi membenamkan sekitar 150 juta dollar AS atau ekuivalen dengan Rp 2,002 triliun, di Indonesia.


Fulus sebesar itu, mereka alokasikan untuk membeli lahan secara tunai keras (hard cash) sebagai tahap awal, sebelum kemudian membangun 3.700 unit dalam 6 menara apartemen lengkap dengan mal, dan hotel di atas lahan seluas 4,8 hektar.

CEO PT Sindeli Propertindo Abadi Wu Wei menekankan pembelian lahan yang langsung dilunasi tersebut untuk menepis keraguan, anggapan buruk pasar, sekaligus membuktikan keseriusan mereka.

Tentu saja investasi lebih dari Rp 2 triliun ini bukan angka yang sedikit. Namun, mereka memastikan, dana tersebut merupakan ekuitas perusahaan, bukan uang konsumen, apalagi pinjaman perbankan.

"Dari total 150 juta dollar AS itu, seluruhnya uang perusahaan yang berasal dari induk Wuzhou Investment Group," jelas Wu.

Mengapa mereka rela jor-joran memborong lahan dengan pembayaran secara kontan?

Pengamat properti yang juga CEO Leads Property Indonesia Hendra Hartono membaca fenomena ini sebagai cara transaksi paling aman. Pasalnya, kebijakan pemerintah China melarang investor dan pengembang "melarikan" dana ke luar China.
"Transaksi tunai adalah cara paling aman," kata Hendra kepada KompasProperti, Sabtu (16/9/2017).

Selain itu, pasar properti Indonesia juga perlu dana segar yang cukup besar untuk menjaga dinamika.

Tentunya pembayaran lahan secara tunai akan membuat pasar lebih kompetitif, dan aman buat investor, dan pembeli properti yang akan mereka kembangkan nanti.

Terkait asal dana, menurut Hendra, seluruhnya datang dari holding mereka di China. Induk usaha inilah yang mengalokasikan dana untuk investasi di luar negeri dengan bunga rendah.

"Bunganya ini jauh lebih rendah ketimbang harus meminjam dari bank di Indonesia dengan bunga tinggi," tambah Hendra.

Ma Rui Zhui membenarkan. Menurut dia, dana investasi Datzo Investama Group, diinjeksi dari induk usaha yakni Dongya Xinhua Real Estate Group.

Sementara dana investasi PT Sindeli Propertindo Abadi berasal dari induk usaha yang memiliki bisnis inti atau core business di sektor kesehatan, yakni Wuzhou Investment Group.

Penulis: Hilda B Alexander
Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul:  Para Pengembang China Beli Lahan di Indonesia secara Kontan

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas