Dianggap Makelar, APTRI Enggan Jual Gula Produksinya ke Bulog
"Kita tak mau jual ke Bulog, mereka makelar," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) APTRI, Nur Khabsyin
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menolak menjual gulanya ke Perusahaan Umum (Perum) Bulog.
"Kita tak mau jual ke Bulog, mereka makelar," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) APTRI, Nur Khabsyin kepada Kontan.co.id, Kamis (12/10/2017).
Kehadiran Bulog dalam perdagangan gula hanya dipandang sebagai makelar. Khabsyin bilang hal itu dikarenakan pedagang membeli gula petani melalui Bulog.
Namun, saat ini Khabsyin bilang pedagang masih belum mau membeli gula petani.
Pedagang takut bertransaksi langsung dengan petani. "Pedagang takut beli, takut ditangkap polisi," terangnya.
Baca: Antisipasi Pemilu AS, Facebook Ubah Aturan Iklan Politik
Baca: Dinilai Rasialis, Dove Cabut Iklan Pendeknya di Media Sosial
Sebelumnya Bulog mendapatkan penugasan dari pemerintah untuk melakukan penyerapan gula petani.
Gula petani dibeli dengan harga Rp 9.700 per kg. Harga tersebut di atas harga acuan pembelian yang hanya Rp 9.100 per kg.
Karena diduga Bulog melakukan monopoli, APTRI melaporkan Bulog ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Hingga saat ini Khabsyin bilang proses pelaporan tersebut terus berlanjut.
Reporter: Abdul Basith