Indonesia Kekurangan Alat Proteksi Sinyal Nuklir
Kepala Bapeten Jazi Eko Istianto menyebut di 2018 akan menambah enam RDMS. Alat tersebut akan di pasang di daerah perbatasan.
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Indonesia menyebutkan, Indonesia membutuhkan 126 sinyal proteksi nuklir.
Saat ini Radiology Delta Monitoring System (RDMS) baru terpasang enam pemancar di Indonesia.
"Sekarang ini baru ada enam di Pulau Jawa," ujar Deputi Bidang Perizinan dan Inspeksi Bapeten Khoirul Huda di Jakarta, Kamis (26/10/2017).
Khoirul menyebut, RDMS yang dipasang kebanyakan produk impor dari Eropa. Bapeten mengusahakan pengadaan alat setiap tahun tergantung dari anggaran yang ada.
Baca: Lotus Tutup, Pengunjung Tetap Menyerbu Padahal Banyak Rak Sudah Kosong
"Impor dari Eropa kebanyakan RDMS. Kita usahakan setiap tahun," ungkap Khoirul.
Kepala Bapeten Jazi Eko Istianto menyebut di 2018 akan menambah enam RDMS. Alat tersebut akan di pasang di daerah perbatasan.
"Karena keterbatasan dana jadi enam dulu. Mungkin kita sebar, tiap satu pulau satu dulu," papar Jazi.