Ekonomi Kreatif Berpotensi Jadi Poros Ekonomi di Masa Datang
Ditunjang oleh ilmu teknologi, pengetahuan, informasi dan inovasi yang mumpuni, EKRAF mampu memberikan dampak yang besar
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf menjelaskan bahwa ekonomi kreatif pada 2015 telah berhasil menyumbang sekitar Rp 852 triliun rupiah atau sebesar 7,83 persen terhadap total PDB Indonesia.
Ekonomi Kreatif (Ekraf) berpotensi menjadi poros ekonomi di masa mendatang hal ini disebabkan oleh kemampuannya untuk menyerap banyak tenaga kerja melalui lapangan pekerjaan baru yang tercipta.
"Juga melakukan ekspor ke berbagai negara juga peningkatan nilai tambah dan ini yang dikembangkan oleh BEKRAF sejak 2015,” ujar Triawan dalam pemaparan hasil kinerja dan pencapaian BEKRAF hingga tahun 2017 dirangkum dalam buku Outlook Ekraf (Opus) 2017 di Jakarta, Selasa (27/11/2017).
Ditunjang oleh ilmu teknologi, pengetahuan, informasi dan inovasi yang mumpuni, EKRAF mampu memberikan dampak yang besar.
Menurut hasil riset gabungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan BEKRAF pada 2015 sektor Ekraf berhasil menyerap 15,9% tenaga kerja dan menyumbangkan nilai ekspor sebesar 19,4 miliar dolar AS.
Baca: Bekraf Fokuskan Kolaborasi dan Konsistensi Ekonomi Kreatif Digital Indonesia
Untuk mengembangkan potensi Ekraf, BEKRAF merangkul 16 sub-sektor usaha kreatif dalam arah kebijakan Ekraf yang terdiri dari kreasi, produksi, distribusi, konsumsi dan konservasi untuk menciptakan ekosistem yang baik di masa depan.
Dalam praktek-nya, setiap Deputi BEKRAF telah mengadakan berbagai kegiatan sepanjang tahun 2016 dalam upaya untuk menciptakan ekosistem Ekraf tersebut. Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan (Deputi I) sejak 2015 telah membangun Pusat Unggulan Ekonomi Kreatif serta menjalankan berbagai kegiatan yang tertuang di dalamnya seperti Coding Mum, IKKON, CREATE dan fasilitasi komunitas. Salah satu lulusan Coding Mum, Siti Aisyah berhasil memenangkan kompetisi internasional yang diselenggarakan oleh Indosat Ooredoo pada 2016.
Deputi I juga telah meluncurkan aplikasi BISMA (BEKRAF Information System Mobile Application) untuk mengumpulkan data para pelaku Ekraf di Indonesia dan menawarkan berbagai keuntungan bagi para pelaku.
“Deputi 1 bertanggung jawab untuk membantu para pelaku Ekraf untuk membangun SDM yang menjadi kekuatan ekonomi kreatif melalui riset, edukasi dan pengembangan. Sejak tahun 2015, kami telah melakukan berbagai program seperti workshop dan bimbingan teknologi yang diselenggarakan di 25 kota dan diikuti oleh 3.160 peserta dari bulan Mei hingga Oktober 2016,” ujar Abdur Rohim Boy Berawi selaku Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan (Deputi I).
Baca: Tiru Gedung Putih, Triawan Munaf Ingin Bikin Paket Wisata Keliling Istana Negara
Deputi Akses Permodalan Fadjar Hutomo (Deputi II) bertugas untuk mempertemukan pemilik dana atau investor dengan para pelaku usaha Ekraf dari keenam belas sub-sektor.
Pada tahun 2016, modal dari sektor Non-Perbankan adalah 80 miliar rupiah dengan jumlah pelaku Ekraf yang mendapatkan bimbingan teknis sebanyak 800 orang, sementara jumlah pelaku Ekraf yang mendapatkan bimbingan teknis serta modal dari sektor perbankan mencapai 1.600 orang.
Deputi Infrakstruktur Hari Santosa Sungkari (Deputi III) bertanggung jawab terhadap terbentuknya ekosistem Ekraf yang kondusif, di mana para pelaku Ekraf dapat berinteraksi, bekerja sama dan merealisasikan visi serta misi mereka secara efektif.