Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Inilah Alasan Mengapa Debu Vulkanik Gunung Membahayakan Penerbangan, Sudah Ada Buktinya

Otoritas penerbangan Indonesia telah menutup Bandara Internasional Ngurah Rai, Senin (27/11/2017).

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Inilah Alasan Mengapa Debu Vulkanik Gunung Membahayakan Penerbangan, Sudah Ada Buktinya
KOMPAS.com/Wijaya Kusuma
Pesawat B737-800 Garuda Indonesia yang terpapar abu vulkanik Gunung Kelud, Februari 2014 di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Penerbangan ditutup. 

TRIBUNNEWS.COM, BALI - Otoritas penerbangan Indonesia telah menutup Bandara Internasional Ngurah Rai, Senin (27/11/2017).

Operator bandara Ngurah Rai menyatakan, 445 penerbangan yang terdiri dari 196 penerbangan internasional dan 249 domestik telah terdampak erupsi Gunung Agung.

Di samping itu, sebanyak 59.000 penumpang juga terdampak.

Bandara Lombok pun sempat ditutup pada Minggu (26/11/2017) tapi dinyatakan kembali aman untuk penerbangan pada Senin pagi.

Baca: Jadwal Penerbangan Terganggu Akibat Erupsi Gunung Agung

Penutupan kedua bandara tersebut, khususnya bandara di Bali dilakukan karena debu letusan Gunung Agung yang bertiup ke arah selatan, ke wilayah udara Denpasar, sebagaimana disiarkan oleh Volcanic Ash Advisory Center (VAAC) Darwin, Australia, pada Minggu (26/11/2017) malam.

Pihak otoritas bandara Ngurah Rai pun sudah mengeluarkan NOTAM, yang menyatakan bandara ditutup selama kurang lebih 24 jam, mulai dari Senin (27/11/2017) pagi pukul 07.00 WITA, hingga Selasa (28/11/2017) pagi pukul 07.15 WITA.

Berita Rekomendasi

Mengapa operasi bandara sampai ditutup? Seberapa bahayakah debu letusan gunung berapi bagi pesawat terbang?

Menurut penelitian yang dilakukan oleh NASA, debu gunung berapi bisa merusak fungsi baling-baling pada pesawat turboprop atau mesin jet dalam pesawat turbofan, komponen vital dalam penerbangan.

Hal itu telah terbukti dari insiden yang pernah dialami oleh pesawat Boeing 747-200 milik maskapai British Airways.

Pesawat dengan callsign 'Speedbird 9' (nomor penerbangan BA09) itu pada 24 Juni 1982 melakukan penerbangan rute Kuala Lumpur - Perth.

Di tengah perjalanan, saat melintasi Pulau Jawa, Indonesia, Speedbird 9 terperangkap di tengah abu letusan Gunung Galunggung.

Empat mesin B747 tersebut mati karena menyedot debu silika Gunung Galunggung.

Pilot kemudian memutuskan untuk menurunkan ketinggian jelajah dari 36.000 kaki ke 12.000 kaki.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas