Saatnya Inovasi Kebijakan, Tinggalkan Rumus Bank Dunia
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 6,5 persen, sudah saatnya pemerintah Indonesia melakukan serangkaian inovasi kebijakan.
Editor: Dewi Agustina
Sedangkan pada 2001, kendati Gus Dur dimakzulkan di pertengahan tahun, rata-rata pertumbuhan ekonomi di akhir tahun masih berada pada level 3,6 persen.
Baca: 8 Jam Lamanya Putri Novanto Dwina Michaella Dicecar KPK Seputar Asal-usul Saham PT Murakabi
Menjadi istimewa, kata Gede Sandra, karena lompatan pertumbuhan ekonomi tadi dilakukan sambil mengurangi beban utang.
Seperti diketahui, selama era Gus Dur, tim ekonomi berhasil mengurangi beban utang sebesar 4,15 miliar dolar AS.
"Prestasi yang tak kalah istimewa: pertumbuhan ekonomi di era Gus Dur juga berkualitas, karena dibagi adil ke seluruh masyarakat," ujarnya.
Di pengujung era pemerintahan Gus Dur, koefisien gini ratio tercatat paling rendah di Indonesia sepanjang 50 tahun terakhir, yakni 0,31.
Terdekat dengan pencapaian ini hanya era Soeharto pada 1993 dengan gini ratio 0,32.
Baca: Ita Sudah Tak Bisa Merasakan Apa-apa Lagi Setelah Satu Ginjalnya Dijual
Bedanya, Soeharto perlu 25 tahun untuk menurunkan gini ratio hingga ke angka ke 0,32 (1993).
Sedangkan Gus Dur hanya perlu kurang dari dua tahun untuk menurunkan koefisien gini ratio dari 0,37 (1999) ke 0,31 (2001).
Gede Sandra mengingatkan, sebelum krisis ekonomi 1997, indeks ketimpangan (gini ratio) di Indonesia terbilang tinggi.
Sedangkan, dalam hitungan matematis, tingginya gini ratio berpotensi mengancam kohesi sosial.
Baca: Edin Kaget Anaknya yang Dikabarkan Hilang Korban Perahu Tenggelam Tiba-tiba Sudah di Rumah
"Itu sebabnya, kemampuan pemerintahan Gus Dur dalam menurunkan gini ratio--ditandai dengan distribusi pendapatan yang lebih merata--patut diapresiasi, karena berkorelasi dalam memperkuat kohesi di tingkat akar rumput," jelas Gede.