Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Saatnya Inovasi Kebijakan, Tinggalkan Rumus Bank Dunia

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 6,5 persen, sudah saatnya pemerintah Indonesia melakukan serangkaian inovasi kebijakan.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Saatnya Inovasi Kebijakan, Tinggalkan Rumus Bank Dunia
TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
EVALUASI DAN PROSPEK EKONOMI JABAR - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Barat, Juda Agung (kiri) menyampaikan pemaparannya pada jumpa pers Evaluasi Perekonomian Jawa Barat 2016 dan Prospek 2017, di Kantor Perwakilan BI Jabar, Jalan Braga, Kota Bandung, Selasa (7/3/2017). Bank Indonesia mencatat laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jabar Tahun 2016 mencapai 5,67 persen, atau lebih tinggi dibanding nasional sebesar 5,02 persen dan Jawa 5,59 persen. Sedangkan tingkat optimisme konsumen Jabar terhadap perekonomian mengalami peningkatan pada Februari 2017. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

Sedangkan pada 2001, kendati Gus Dur dimakzulkan di pertengahan tahun, rata-rata pertumbuhan ekonomi di akhir tahun masih berada pada level 3,6 persen.

Baca: 8 Jam Lamanya Putri Novanto Dwina Michaella Dicecar KPK Seputar Asal-usul Saham PT Murakabi

Menjadi istimewa, kata Gede Sandra, karena lompatan pertumbuhan ekonomi tadi dilakukan sambil mengurangi beban utang.

Seperti diketahui, selama era Gus Dur, tim ekonomi berhasil mengurangi beban utang sebesar 4,15 miliar dolar AS.

"Prestasi yang tak kalah istimewa: pertumbuhan ekonomi di era Gus Dur juga berkualitas, karena dibagi adil ke seluruh masyarakat," ujarnya.   

Di pengujung era pemerintahan Gus Dur, koefisien gini ratio tercatat paling rendah di Indonesia sepanjang 50 tahun terakhir, yakni 0,31.

Terdekat dengan pencapaian ini hanya era Soeharto pada 1993 dengan gini ratio 0,32.

Berita Rekomendasi

Baca: Ita Sudah Tak Bisa Merasakan Apa-apa Lagi Setelah Satu Ginjalnya Dijual

Bedanya, Soeharto perlu 25 tahun untuk menurunkan gini ratio hingga ke angka ke 0,32 (1993).

Sedangkan Gus Dur hanya perlu kurang dari dua tahun untuk menurunkan koefisien gini ratio dari 0,37 (1999) ke 0,31 (2001).

Gede Sandra mengingatkan, sebelum krisis ekonomi 1997, indeks ketimpangan (gini ratio) di Indonesia terbilang tinggi.

Sedangkan, dalam hitungan matematis, tingginya gini ratio berpotensi mengancam kohesi sosial.

Baca: Edin Kaget Anaknya yang Dikabarkan Hilang Korban Perahu Tenggelam Tiba-tiba Sudah di Rumah

"Itu sebabnya, kemampuan pemerintahan Gus Dur dalam menurunkan gini ratio--ditandai dengan distribusi pendapatan yang lebih merata--patut diapresiasi, karena berkorelasi dalam memperkuat kohesi di tingkat akar rumput," jelas Gede. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas