Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ketahui Salah Kaprah Pandangan Generasi Milenial seputar Investasi

Sebagai karyawan milenial, apakah Anda sudah tahu manfaat berinvestasi? Jika sudah, apakah sudah mulai berinvestasi?

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Ketahui Salah Kaprah Pandangan Generasi Milenial seputar Investasi
henry lopulalan/stf
SAHAM PERDANA DI BEI - Presiden Direktur PT Wijaya Bangunan Gedung Tbk, Nariman Prasetyo (teng ah) bersama Direksi dan Komisaris memantau monitor perdagangan seusai menekan tombol menandai pencatatan perdana saham (Initial Public Offering/IPO) di Main Hall, Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, Kamis (30/11) .Perusahaan yang tercatat dengan kode saham WEGE ini telah melepas sejumlah 2,87 miliar lembar saham baru atau setara dengan 30% dari modal ditempatkan dan disetor.WIKA Gedung menjadi emiten ke 30 yang mencatatkan sahamnya di BEI.----Warta Kota/henry lopulalan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai karyawan milenial, apakah Anda sudah tahu manfaat berinvestasi? Jika sudah, apakah sudah mulai berinvestasi?

Melvin Mumpuni, Perencana Keuangan Finansialku.com menemukan fakta, ternyata delapan dari 10 karyawan milenial belum berinvestasi. Padahal, mereka sudah tahu manfaatnya.

Contohnya, Dian Hapsari (26). Meski sudah bekerja hampir empat tahun sebagai karyawan swasta, namun ia mengaku belum berinvestasi sampai saat ini.

Padahal, ia tahu betul apa itu investasi. Menurutnya, investasi itu sama seperti menabung, tetapi investasi lebih ke jangka panjang.

Dian mengaku, sampai saat ini masih memikirkan risiko investasi, sehingga menghambat langkahnya untuk mulai memikirkan tabungan jangka panjang yang ia maksud.

“Belum menemukan produk investasi yang tepat untuk dijalani. Masih terlalu banyak mikirin risiko. Takut salah pilih produk investasinya,” ujar Dian.

Padahal, Dian tertarik dengan investasi lewat reksadana. Banyak rekannya yang sudah berbagi informasi seputar reksadana. Hanya saat ini ia masih belum tahu alur kerjanya seperti apa. “Masih takut juga kena tipu. Takut penyedianya itu bodong,” ujar Dian.

Berita Rekomendasi

Salah kaprah

Menurut pengamatan Melvin, ada lima penyebab kaum milenial masih enggan berinvestasi. Pertama, modal besar.

Nyatanya masih banyak kaum milenial yang menganggap investasi itu untuk orang kaya, sehingga butuh modal besar. Bahkan sebagian dari mereka menyatakan gajinya kecil, sehingga susah jika mau berinvestasi.

“Justru karena gaji masih kecil, maka Anda harus menambah pengasilan. Investasi adalah satu dari tiga jenis cara menambah penghasilan,” ujar Melvin.

Kedua, risiko tinggi. Banyak pemula yang berpikir risiko investasi itu tinggi. Ya memang jelas, semua produk investasi itu punya risiko. Akan tetapi, jika tidak berinvestasi pun Anda tetap berisiko. Misalnya tak bisa mengejar tujuan Anda.

Ketiga, Investasi itu pasti rugi atau uang hilang. Padahal tidak seperti itu, malah justru ketika anda mendiamkan uang Anda, nilai uang  akan berkurang akibat inflansi.

Keempat, ada banyak biaya tambahan. Sebenarnya tidak semua investasi punya biaya tambahan. Walaupun sebagian besar ada biaya administrasi, platform, biaya data, dan lain sebaginya. Namun, ada pula yang tidak mengenakan biaya itu misalnya reksadana.

Baca: Ditinggal Ibu Jadi TKW, Ini 4 Kisah Soal Evy, Ibu Muda yang Ajak 3 Anaknya Tenggak Racun

Kelima, uang dikunci atau tidak bisa diambil. Pada kenyataanya banyak investasi yang bisa anda cairkan dalam waktu dekat. Contohnya saja reksadana bisa dicairkan satu hari setelah dibeli.

Nah, untuk mendorong para milenial berinvestasi, Melvin menyebut, mereka harus tahu dulu tujuannya apa. Misalnya saja milenial yang lahir tahun 1986 hingga 1994, butuh dana buat menikah atau membayar uang muka rumah, bisa menjadikan itu motivasi untuk berinvestasi.

Selanjutnya, harus meningkakan pengetahuan soal investasi tersebut. Coba cari tahu untuk bisa meraih tujuan tersebut bisa dengan menggunakan investasi jenis apa.

“Ibarat mau nge-gym, mereka yang mau mencoba investasi harus punya personal trainer. Bisa dengan datang ke financial planner,” jelas Melvin.

Melvin mengingatkan, justu di usia awal inilah mereka harus segera berinvestasi. Karena jika mereka sudah di puncak karir, mereka tidak bisa coba-coba lagi. Lebih baik jatuh di usia awal, ketimbang jatuh ketika sudah berada di puncak.

“Usia di bawah 35 itu harusnya sudah mulai investasi. Usia 35-40 tahun itu sudah masuk akselerasi. Jadi sekarang waktunya belajar,” imbuh Melvin.

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas