Tahun 2017, Tower Bersama Bukukan Pendapatan Rp 4,023 Triliun
Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 22.970, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,71.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk membukukan pendapatan dan
EBITDA masing-masing sebesar Rp 4.023 miliar dan Rp 3.495 miliar selama tahun buku 2017 yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 2017.
Marjin EBITDA Perseroan meningkat menjadi 86,9% untuk tahun 2017. Jika hasil triwulan keempat 2017
disetahunkan, total pendapatan perseroan mencapai Rp 4.192 miliar dan EBITDA mencapai
Rp 3.632 miliar.
Sampai 31 Desember 2017, TBIG mengoperasikan 23.018 penyewaan dan 13.509 site telekomunikasi. Site
telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 13.461 menara telekomunikasi dan 48 jaringan DAS.
Baca: Janji Hadirkan Saksi dari London, Jaksa Jemput Paksa Syahrini 2 April
Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 22.970, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,71.
“Kami dengan bangga mengumumkan tahun pertumbuhan organik yang sangat baik, di mana
kami menambahkan 3.009 penyewaan gross yang terdiri dari 925 site telekomunikasi dan 2.084
kolokasi. Penambahan yang signifikan pada penyewa kolokasi telah meningkatkan rasio
kolokasi (tenancy ratio) dari 1,63 pada Q4 2016 menjadi 1,71 di Q4 2017," komentar Hardi Wijaya
Liong, CEO TBIG dalam keterangan pers tertulis kepada Tribunnews, Kamis (22/3/2018).
Baca: Kirim Foto Depan Pesawat ke Ibu, Kol Hanafie Batal Ajak Hj Salsih Piknik
Dia menjelaskan, kontrak jangka panjang dari operator telekomunikasi yang terjamin, memastikan arus kas yang kuat dan meningkat, yang memungkinkan kami melanjutkan inisiatif pengembalian untuk
pemegang saham.
Baca: Faisal Basri: Membangun Infrastruktur dengan Menerbitkan Surat Utang Bikin Ekonomi Tak Stabil
"Kami berencana untuk mengusulkan pembagian dividen untuk tahun buku 2017 sebesar kurang lebih Rp 650-750 miliar pada RUPS Tahunan 2018 yang akan datang," ungkap Hardi Wijaya.
Selain itu, pihaknya tetap aktif melakukan pembelian kembali saham pada saat run-rate EV/EBITDA multiple pada saat ini berada di bawah dari kisaran target perseroan.
Berdasarkan EBITDA triwulan keempat 2017 yang disetahunkan dan saldo total pinjaman bersih (net debt) kuartal keempat 2017 dengan memperhitungkan kontrak lindung nilai, dan kapitalisasi pasar (market capitalization) yang telah disesuaikan dengan saham treasuri sebesar 1,89% yang dimiliki per akhir Desember 2017), maka run-rate EV/EBITDA adalah sebesar ~11,9x berdasarkan harga saham Rp5.700,” beber Hardi.
Baca: China Siapkan Aksi Balasan untuk Presiden Trump, Sasarannya Ekspor Produk Pertanian AS
Sampai 31 Desember 2017, total pinjaman (debt) [erseroan, di mana pinjaman dalam Dollar Amerika
yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar
Rp18.353 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp12.407 miliar.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp407 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp17.946 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan menjadi Rp12.000 miliar.
Rasio pinjaman senior bersih (net senior debt) terhadap EBITDA triwulan keempat 2017 yang disetahunkan adalah 3,3x, dan rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan keempat yang
disetahunkan adalah 4,9x dimana kami masih memiliki ruang untuk menggunakan pinjaman
tambahan berdasarkan covenant yang disyaratkan oleh fasilitas bank dan surat utang kami.
Helmy Yusman Santoso, CFO TBIG menambahkan, kinerja perseroan tahun 2017 telah mengadopsi
perubahan kebijakan akuntansi terkait dengan PSAK 16 dan juga perubahan peraturan pajak
pendapatan perusahaan.
"Perubahan ini tidak ada pengaruhnya terhadap pendapatan dan EBITDA perseroan dan tidak akan mengubah perhitungan utang dan covenant perseroan,” kata Helmy.
Ke depan pihaknya akan tetap mempertahankan strategi konservatif untuk melindung nilai seluruh utang kami dengan lindung nilai yang sesuai dengan jatuh tempo utang sehingga pergerakan dalam Rupiah akhir-akhir ini tidak memiliki dampak buruk pada bisnis atau
keuangan perseroan.
"Kreditur kami tetap merasa nyaman dengan tingkat leverage kami pada 4,9x rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan," tambah Helmy.