Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pelemahan Rupiah Bakal Gerus Industri Ritel

pelemahan nilai tukar rupiah secara langsung berdampak bagi industri ritel, sebab saat ini industri ritel masih mengimpor bahan baku

Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Sanusi
zoom-in Pelemahan Rupiah Bakal Gerus Industri Ritel
Tribunnews/JEPRIMA
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gerak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada penutupan perdagangan menjelang akhir pekan, Jumat (20/4/2018) kembali melemah cukup dalam.

Rupiah melemah 108 poin atau setara 0,87 persen ke level Rp 13.893 per dolar AS.

Dalam catatan Bloomberg, mata uang garuda pagi ini dibuka di level Rp 13.795 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan kemarin yang bertahan di posisi Rp 13.785 per dolar AS.

Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta menyatakan, pelemahan nilai tukar rupiah secara langsung berdampak bagi industri ritel, sebab saat ini industri ritel masih mengimpor bahan baku menggunakan dolar AS.

“(Pelemahan rupiah) ini memang sulit, karena ini terkait dengan kebutuhan impor kita,” kata Tutum kepada Tribunnews.com, Jumat (20/4/2018).

Dia menjelaskan, seiring dengan melemahnya rupiah, ongkos impor bahan baku akan ikut terkerek. Selain itu, kata dia dengan naiknya bahan baku, otomatis harga jual produk ritel pun akan ikut naik.

Tutum mengharapkan, pelemahan tersebut tidak terjadi secara jangka panjang. Dia pun berharap, nilai tukar rupiah kembali stabil. Aprindo juga optimistis, penjualan sektor ritel diprediksi meningkat hingga 25 persen pada Lebaran tahun ini.

Berita Rekomendasi

“Yang terpenting nilai tukar rupiah harus stabil,” kata dia.

Sementara itu, Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada berpendapat laju rupiah tak mengalami perubahan di tengah guyuran sentimen positif dari dalam negeri.

Sentimen positif tersebut antara lain, pemaparan Menteri Keuangan Sri Mulyani terhadap pencapaian reformasi fiskal dan moneter Indonesia. Bank sentral juga merilis suku bunga acuan BI tetap di level 4,25 persen.

Sementara itu, perkiraan akan kenaikan suku bunga AS membuat pergerakan imbal hasl obligasi AS juga turut mengalami kenaikan dan berimbas pada pergerakan dolar AS yang ikut terkerek. Sejumlah rilis data-data ekonomi AS kian membaik sehingga turut memberikan sentimen positif pada dolar AS.

“Imbasnya laju rupiah kembali dalam pelemahannya,” kata Reza dalam risetnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas