Industri Elektronik Terdampak Pelemahan Rupiah
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel), Ali Subroto, mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah berdampak secara langsung bagi industri elektr
Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Ketua Umum Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel), Ali Subroto, mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah berdampak secara langsung bagi industri elektronik dalam negeri.
Menurutnya hal tersebut dikarenakan saat ini produk elektronik masih banyak yang menggunakan komponen yang diimpor menggunakan mata uang dolar AS.
Baca: Mengintip Lahapnya Tentara Inggris Makan Nasi Liwet Bersama Anak Panti Asuhan
Tengok saja, pada penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (20/4/2018) gerak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah cukup dalam.
Rupiah melemah 108 poin atau setara 0,87 persen ke level Rp 13.893 per dolar AS.
Ali mengatakan, jika nilai tukar rupiah mengalami pelemahan dan dolar AS menguat, maka ongkos impor komponen akan ikut terkerek.
Baca: Menengok Kehidupan Muslim di Kota Fuzhou Tiongkok
Selain itu, kata dia dengan naiknya komponen elektronik, otomatis harga jual produk elektronik pun akan ikut naik.
Dia mengungkapkan, di kuartal I 2018 misalnya, pertumbuhan industri elektronik dalam negeri masih mengalami tren penurunan.
"Kalau rupiah melemah atau dolar AS menguat, costnya naik baik yang diimpor maupun produksi dalam negeri, dan otomatis harga jual harus dinaikkan,” kata Ali kepada Tribunnews.com, Minggu (22/4/2018).
Baca: Acara Syukuran Sederhana Setahun Yuddy Chrisnandi Jadi Duta Besar
Ali menambahkan, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut dinilainya pasti akan berdampak negatif bagi industri.
Sebab seperti biasanya, pelaku industri memerlukan waktu untuk mencapai titik keseimbangan baru dengan harga baru maupun model baru.
Selain itu, pelaku industri juga tetap harus menghitung kerugian selama mencapai titik kesetimbangan baru itu.
"Dampak terhadap industri maupun importir barang elektronika adalah negatif, biasanya membutuhkan waktu untuk mencapai equilibrium baru dengan harga baru atau model baru, dan menghitung kerugian selama mencapai equilibrium yang baru tadi,” ujar dia.
Lebih lanjut dia menambahkan, setiap terjadi pelemahan nilai tukar rupiah, pelaku bisnis selalu pusing mengitung kerugian.
Biasanya, kata dia, yang justru diuntungkan dalam kenaikan dolar AS adalah pelaku usaha yang mengekspor komoditas sumber daya alam, karena cost-nya menggunakan rupiah sedang harga jualnya dolar AS.
"Setiap terjadi pelemahan rupiah maka pelaku bisnis selalu pusing menghitung kerugian, Yang menikmati hanya mereka yang mengekspor sumber daya alam, costnya rupiah harga jualnya dolar AS,” kata dia.