Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ada Teror Bom, IHSG dan Rupiah Kompak Melemah

Aksi teror bom yang terjadi di Surabaya memberikan sentimen negatif bagi pergerakan rupiah dan bursa saham

Penulis: Syahrizal Sidik
Editor: Sanusi
zoom-in Ada Teror Bom, IHSG dan Rupiah Kompak Melemah
Tribunnews/JEPRIMA
Seorang karyawan saat menghitung mata uang dalam bentuk pecahan Rp 50.000 dan pecahan Rp 100.000 di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat, Selasa (24/4/2018). Nilai tukar rupiah dipasar spot ditutup menguat 86 poin atau 0,62% ke level Rp 13.889 per dolar AS. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi teror bom yang terjadi di Surabaya memberikan sentimen negatif bagi pergerakan rupiah dan bursa saham pada perdagangan hari ini.

Pantauan Tribunnews.com, sore ini rupiah melemah ke level Rp 13.973 per dolar AS. Sebelumnya, Senin pagi rupiah berada di posisi Rp 13.957 per dolar AS. Day range rupiah berada di kisaran Rp 13.957 hingga Rp 13.993 per dolar AS. Pelemahan mata uang garuda sejak awal tahun sebesar Rp 3,08 persen.

Sementara itu, Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sore ini, Senin (14/5/2018) ikut melemah 9,6 poin atau setara 0,16 perse n ke level 5.947,15 poin.

Sebelumnya, pagi tadi indeks dibuka terkoreksi ke level 5.933,46 poin dan sempat mencatatkan level terendahnya di posisi 5.853,43 poin.

Terpantau sebanyak 8,49 miliar unit saham diperdagangkan dengan transaksi senilai Rp 8,60 triliun dan frekuensi sebanyak 338,915 kali. Sebanyak 134 saham menguat, 238 saham melemah dan 125 saham bergerak stagnan.

Peneliti Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara berpendapat, adanya aksi terorisme yang belakangan ini terjadi di Indonesia turut memberikan dampak pelemahan rupiah dan IHSG. Namun, kata dia, dampak teror bom tersebut kecil dan hanya bersifat temporer.

“Sore ini IHSG dan rupiah memang ditutup melemah. Ada dampak dari teror bom tapi kecil dan sifatnya temporer,” kata Bhima kepada Tribunnews.com, Senin (14/5/2018).

Berita Rekomendasi

Bhima menilai, saat ini pelaku pasar lebih mencermati data data ekonomi makro dan tren kenaikan bunga acuan The Fed. Hal ini berbeda dengan efek dari Bom Bali yang sempat memberikan tekanan pelemahan IHSG sebesar 10 persen.

“Mereka (investor) akan cek faktor fundamental ekonomi seperti data inflasi, neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan,” ujar Bhima.

Ia melanjutkan, sentimen positif juga masih cukup besar terlebih bank sentral berencana naikan bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate yang diperkirakan naik sebesar 25-50 bps. Naiknya suku bunga acuan diharapkan Bhima dapat menahan laju keluarnya dana asing.

“Saya kira pekan ini IHSG sangat mungkin kembali ke titik 6.000,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas