Pelaku Industri Patuh Pajak, Menperin Sebut Sektor Manufaktur Tambah Pemasukan Rp 103 T
Industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak berdasarkan sektor usaha utama pada periode Januari sampai April 2018.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak berdasarkan sektor usaha utama pada periode Januari sampai April 2018.
Hasil sumbangan sektor manufaktur ini mencapai Rp103,07 triliun dengan mencatatkan pertumbuhan dua angka sebesar 11,3 persen.
"Industri pengolahan memiliki andil yang cukup besar dalam menyumbangkan pajak nonmigas setiap tahunnya. Jadi, pelaku industri telah menunjukkan kepatuhannya terhadap wajib pajak," kata Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto kepada wartawan di Jakarta, Minggu (20/5/2018).
Baca: Aktivis 98 Dukung Langkah Jokowi Ingatkan Anggota DPR Selesaikan RUU Anti Terorisme
Menurutnya, kontribusi penerimaan pajak selanjutnya, diikuti dari sektor perdagangan yang mencapai Rp76,41 triliun dan pertambangan Rp28,51 triliun.
Selain itu, sumbangan dari sektor konstruksi dan real estat sebesar Rp23 triliun, transportasi dan gudang Rp14,49 triliun, serta pertanian Rp7,47 triliun.
Terjadinya pertumbuhan pada penerimaan pajak dari sektor industri pengolahan membuktikan bahwa adanya peningkatan produktivitas manufaktur.
Capaian tersebut sejalan dengan data Badan Pusat Statistik yang menunjukkan, industri pengolahan besar dan sedang di dalam negeri nampak menggeliat pada triwulan I 2018.
Sektor manufaktur mencatatkan peningkatan produksi sebesar 0,88 persen dibanding triwulan IV/2017 kuartal ke kuartal (q to q) atau tumbuh 5,01 persen dari triwulan I-2017 year on year (yoy).
Bahkan, pertumbuhan tahunan produksi manufaktur besar dan sedang pada tiga bulan awal tahun ini mampu mengungguli pertumbuhan pada triwulan I/2016 sebesar 4,13 persen (yoy) dan triwulan I/2017 sebesar 4,46 persen (yoy).
Sektor-sektor industri manufaktur besar dan sedang, yang mengalami kenaikan tertinggi pada triwulan I/2018 dibandingkan triwulan I-2017 (yoy), yaitu industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki naik sebesar 18,87 persen, industri mesin naik 18,48 persen, industri pakaian jadi naik 17,05 persen, industri alat angkutan naik 14,44 persen, serta industri makanan naik 13,93 persen.
Pada kuartal pertama tahun ini, industri pengolahan nonmigas masih memberikan kontribusi terbesar dengan mencapai 17,95 persen terhadap PDB nasional.
Sementara itu, industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 5,03 persen pada kuartal I/2018 atau meningkat dibanding periode yang sama 2017 sekitar 4,80 persen.
Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98 persen.
Selanjutnya, industri makanan dan minuman yang menempati angka pertumbuhan hingga 12,70 persen.
"Dengan daya beli masyarakat yang terus berangsur membaik, industri jadi semakin optimistis untuk menggenjot produksinya," katanya.
Selain itu, pertumbuhan disebabkan oleh beberapa faktor lainnya, seperti meningkatnya indeks manajer pembelian (PMI) dan kenaikan harga komoditas.
Sektor manufaktur yang kinerjanya gemilang di atas PDB nasional, antara lain industri logam dasar 9,94 persen, industri tekstil dan pakaian jadi 7,53 persen, serta industri alat angkutan 6,33 persen.
Di samping itu, Airlangga menegaskan, pihaknya juga terus mendorong peningkatan ekspor produk manufaktur guna menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional.
Contohnya, sejumlah produk industri manufaktur Indonesia yang diekspor secara langsung ke Amerika Serikat dengan menggunakan kapal kontainer berukuran besar.
Dari 32 industri manufaktur di dalam negeri yang terlibat dalam pengiriman via kapal raksasa tersebut, total nilai ekspornya mencapai 11,98 juta dolar Amerika Serikat.
Produk nonmigas ini meliputi alas kaki sebesar 50 persen, produk garmen (15 persen), produk karet, ban dan turunannya (10 persen), produk elektronik (10 persen), serta produk lainnya seperti kertas, ikan beku dan suku cadang kendaraan (15 persen).