Gaji Bulanan Capai Rp 84 Juta, tapi Rakyat di Swiss Sulit Kaya Raya
Benarkah masyarakat Swiss itu kaya raya, hanya karena negaranya digolongkan sebagai negara kaya di dunia?
Editor: Fajar Anjungroso
Menariknya, meski kondisi ekonominya pas-pasan, seorang karyawan biasa tidak akan kekurangan.
Sebab, negara melalui Gemeinde atau kantor pemerintah kota akan memback-up sang karyawan tadi habis-habisan dari hasil pajak orang-orang yang bergaji 4-5 kali dari dia.
Ada tunjangan anak, tunjangan sosial, dll. Hidup mereka menjadi bergairah. Bahkan keluarga itu bisa menikmati liburan.
Di Swiss, produktivitas SDM dipacu dengan gaji. Semakin tinggi gajinya, kelak pensiun yang didapatkan pun akan tinggi.
Semua warga (tak peduli PNS, karyawan swasta, maupun petani) semua akan menerima tunjangan sosial-kesejahteraan di hari tua. Besar tunjangan bernama AHV yang diambil dari pajak itu sekitar CHF2.500 per bulan
Bagi yang memiliki gaji, dana pensiun dari pemerintah pasti di atas AHV. Dengan uang tersebut, minimum seseorang bisa bertahan hidup walau pas-pasan.
Tetapi, negara via pemerintah daerah akan memberikan tunjangan lain (sesuai kemampuan pemerintah daerah), hingga seseorang tetap bisa hidup layak pada akhirnya.
Jangan lupa, di Swiss kita bersekolah sejak SD sampai S1, S2, S3 sekalipun semua gratis. Kita ingin meraih tiga kali doktor pun, tidak akan keluar biaya sepeser pun.
Jadi sebenarnya orang Swiss tidak kaya raya, melainkan hidupnya sejahtera. Sebab. setiap individu, swasta dan negara bekerja bahu-membahu menegakkan kesejahteraan.
Mereka tidak hidup dalam kemewahan ala selebritas kaya raya.
Salam hangat dari Swiss. Mari kita perbaiki Indonesia. Tidak perlu caci-maki. Berpikirlah dan bertindaklah untuk Indonesia yang lebih baik. (Arya Hadi Dharmawan)
Berita ini sudah tayang di intisari berjudul Gaji Rp84 juta/Bulan Tapi Tak Bisa Kaya, Begitulah Fakta Rakyat Swiss