Bursa Asia Terkena Imbas Negatif Perang Dagang Amerik-China
Secara umum, indeks MSCI Asia Pasifik kecuali Jepang, tercatat melemah 0,10%.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Dupla Kartini
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pasar saham Asia memperpanjang penurunan pada Selasa (19/6/2018), karena kekhawatiran perang dagang kembali mencuat.
Mengutip Bloomberg, indeks Nikkei 225 Jepang melorot 0,49% pada pukul 07.34 WIB.
Di Korea, indeks Kospi juga turun 0,22%. Hanya, indeks saham Australia, S&P/ASX 200 yang masih bergerak naik 0,45% .
Secara umum, indeks MSCI Asia Pasifik kecuali Jepang, tercatat melemah 0,10%.
Baca: Keunikan Grup H: Diikuti Empat Negara dari Empat Benua Berbeda
Koreksi di bursa Asia mengekor Wall Street yang juga ditutup melemah, semalam.
Dow Jones dan S&P 500 turun setelah Presiden Donald Trump mengancam akan menerapkan tarif lebih besar terhadap barang-barang asal China.
Baca: Penyidikan Kasus Novel Baswedan Dinilai Mandeg, Polri: Kami Sudah Periksa 68 Saksi
Senin, Trump memperingatkan bahwa AS akan mengutip tambahan tarif impor sebesar 10% terhadap US$ 200 miliar barang asal China, setelah keputusan Beijing menerapkan tarif sebesar US$ 50 miliar terhadap barang asal AS.
Trump mengatakan dia mengambil tindakan karena China telah menaikkan tarif ekspor AS dan tidak memiliki niat untuk mengubah praktik tidak adil atas akuisisi kekayaan dan teknologi intelektual Amerika.
Ketegangan perdagangan ini memicu kegelisahan di pasar keuangan.
Sebab, konflik perdagangan yang besar bisa mengancam pertumbuhan ekonomi global.
Dari pasar valuta, dollar Australia sebagai mata uang komoditas pun melemah, karena kekhawatiran baru mengenai proteksionisme perdagangan.
"Pasar keuangan sedang mencoba naik setelah pekan lalu tertekan di tengah banyak sentimen, tetapi masih tersisa isu perdagangan AS-China, setidaknya sampai tarif impor yang ditetapkan AS berlaku awal Juli," kata Masahiro Ichikawa, ahli strategi senior di Sumitomo Mitsui Asset Management, seperti dilansir Reuters, Selasa.
Baca: Perang Dagang Makin Panas, Trump Balik Ancam Kenakan Tambahan Tarif Impor 200 Miliar Dolar
"Meski ketegangan perdagangan bukan sentimen positif, pasar sudah terbiasa dengan komentar-komentar Presiden Trump, yang tampaknya menjadi taktik negosiasi," imbuh Ichikawa.