Harga Minyak Mentah Melonjak Tinggi, President Trump Salahkan OPEC
Lewat akun Twitternya, Trump meminta negara kartel minyak dunia ini untuk melakukan lebih banyak usaha.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Sanny Cicilia
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali menyalahkan Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) atas kenaikan harga minyak mentah di pasar global.
Lewat akun Twitternya, Trump meminta negara kartel minyak dunia ini untuk melakukan lebih banyak usaha.
"The OPEC Monopoly must remember that gas prices are up & they are doing little to help. If anything, they are driving prices higher as the United States defends many of their members for very little $’s. This must be a two way street. REDUCE PRICING NOW!"
"Monopoli OPEC harus mengingat, harga bahan bakar naik dan mereka tak banyak membantu. Yang ada, mereka menyetir harga lebih mahal sementara AS melindungi pelaku usahanya untuk uang yang tak banyak. Ini harus dilakukan dua arah. TURUNKAN HARGA SEKARANG!" tulis Trump dalam akun @realDonaldTrump, Kamis (5/7/2018).
Presiden Trump belakangan getol menyenggol kelompok negara penghasil minyak ini.
Baca: Menteri-menteri Jokowi Ramai-ramai Maju Jadi Caleg
Kenaikan harga bensin di AS sebisa mungkin ditekan jelang pemilihan anggota kongres November mendatang, lantaran bisa mengganggu elektabilitas Partai Republik yang sudah menggaet suara lewat pelonggaran pajak korporasi.
Pada Sabtu lalu, Presiden Trump lewat Twitternya juga menyebutkan Arab Saudi bersedia meningkatkan produksinya untuk mengkompensasi kesulitan produksi di Venezuela dan Iran.
Dia mengatakan, Saudi memiliki kapasitas produksi cadangan sampai 2 juta barel per hari.
Sekadar informasi, harga minyak mentah bertahan di atas US$ 74 per barel. Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) pagi ini di pasar Nymex untuk pengiriman Agustus 2018 bertengger di US$ 74,10 per barel.